BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir – akhir ini banyak atlet-atlet bahkan artis sekalipun
mengalami gagal jantung hingga mengakibatkan terkena serangan jantung mendadak.
Biasanya hal itu dikarenakan kurangnya pemanasan terlebih dahulu apabila akan
berolahraga. Kebiasaan merokok juga bisa mempengaruhi struktur, fungsi, dan
kinerja jantung itu sendiri. Penyakit jantung merupakan sosok yang menakutkan.
Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menduduki peringkat pertama
sebagai penyakit kematian. Jantung merupakan salah satu salah satu organ tubuh
penting di tubuh kita, sehingga sangat riskan apabila kita tidak
memperpedulikannya. Maka dengan itu saya (Arian Rizki Wardana) berniat untuk
memberi informasi kepada para pembaca tentang bahaya nya penyakit jantung dan
cara – cara menanggulangi penyakit jantung, serta para pembaca dapat mengenal
lebih jauh tentang jantung.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam menulis Artikel ini adalah
:
a)
Pengertian jantung,
b)
Cara kerja jantung,
c)
Fungsi Jantung,
d) Bagian - Bagian
Jantung,
e) Penyakit –
Penyakit pada jantung,
f) Cara memiliki jantung yang sehat.
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan artikel tentang penyakit jantung, sebagai berikut :
a)
Untuk memenuhi tugas artikel
teknologi informasi dan komunikasi kelas IX semester 2, yang di bimbing oleh
Bpk. Timotius Bakti Sarono
b)
Untuk Mengenal lebih dekat tentang
jantung, struktur jantung, fungsi jantung, cara kinerja jantung, serta semua
yang berhubungan dengan jantung
c)
Untuk menambah wawasan tentang
jantung secara keseluruhan baik anatomi, fungsi, dan kesehatan jantung
d) Untuk mengetahui
bahaya nya penyakit – penyakit pada jantung
BAB II
PEMBAHASAN
A) Pengertian Jantung
Jantung (bahasa
Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot
yang memompa darah lewat pembuluh
darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan
dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung.
Jantung adalah salah satu organ manusia yang berperan dalam sistem
peredaran darah. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan
tangan. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung
terletak di dalam rongga torakik, di balik tulang dada agak sebelah
kiri, di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Massanya kurang lebih 300 gram .
Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Jantung
hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru,
namun tertutup oleh selaput ganda yang bernama perikardium,
yang tertempel padadiafragma. Lapisan pertama menempel sangat erat kepada
jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk menghindari
gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan
jantung.
Jantung
dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah jantung
yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah
(terbentuk dari otot) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding
pemisah di antara serambi & bilik jantung.
Secara
internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian,
dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir tidak pernah
tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh dinding
jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat rongga,
serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri. Dinding serambi jauh lebih
tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan gaya gravitasi bumi
untuk memompa dari bawah ke atas dan memerlukan gaya yang lebih besar untuk
mensuplai peredaran darah besar, khususnya pembuluh aorta, untuk memompa
ke seluruh bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah.
Tiap serambi dan bilik pada
masing-masing belahan jantung disambungkan oleh sebuah katup. Katup di
antara serambi kanan dan bilik kanan disebut katup trikuspidalis atau
katup berdaun tiga. Sedangkan katup yang ada di antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau
katup bikuspidalis (katup berdaun dua).
B)
Cara
Kerja Jantung
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan
terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi
mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung
banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua
vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan
terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke
dalam arteri pulmonalis menuju
ke paru-paru.
Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang
mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan
karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung. Darah yang kaya
akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran
darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri
disebut sirkulasi pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru. Darah dalam
atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui katup
bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati
katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya
oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. dan sebagainya.
Jantung bekerja melalui menkanisme secara berulang dan
berlangsung terus menerus yang juga disebut sebagai sebuah siklus jantung
sehingga secara visual atau disebut sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme
berselang – selang, jantung berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan
melakukan relaksasi guna pengisian darah. Secara siklus, jantung melakukan
sebuah periode sistol yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan isinya
(darah), dan periode diastole yaitu periode yang melakukan relaksasi dan
pengisian darah pada jantung. Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan
pula untuk melakukan mekanisme tersebut.
Sel otot jantung melakukan kontraksi dengn tujuan untuk
memompa darah yang dicetuskan oleh sebuah potensi aksi da menyebar melalui
membrane sel otot. Ketika melakukan kontraksi, jantung menjadi berdenyut secara
“berirama”, hal ini akibat dari adanya potensi aksi yang ditimbulkan oleh
kegiatan dari jantung itu sendiri. Kejadian tersebut diakibatkan karena jantung
memliki sebuah mekanisme untuk mengalirkan listrik yang ditimbulkannya sendiri
untuk melakukan kontraksi dan memompa dan melakukan relaksasi. Mekanisme aliran
listrik yang menimbulkan aksi tersebutdipengaruhi oleh beberapa jenis
elektrolit seperti K+, Na+ dan Ca++. Sehingga apabila didalam tubuh terjadi
gangguan pada kadar elektrolit tersebut maka akan menimbulkan gangguan pula
pada mekanisme aliran listrik pada jantung manusia.
Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke
jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan – cairan yang dikandung
oleh tubuh. Sehingga sebagian kecil aktifitas listrik ini mencapai hingga ke
permukaan tubuh misalnya pada permukaan dada, punggung atau pada pergelangan
atas tangan, dan hal ini dapat dideteksi atau direkam dengan menggunakan alat
khusus yang disebut dengan ElectroKardioGram (EKG). Jadi fungsi EKG adalah
merekam aktifitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik
jantung yang muncul hingga mencapai permukaan tubuh. Berbagai komponen pada
rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG
dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal,
gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Ini disebabkan oleh
karena adanya aktivitas listrik yang dapat memicu aktivitas secara mekanis,
sehingga apabila terjadi kelainan pola listrik, maka biasanya juga akan
disertai adanya kelainan mekanis atau otot jantung manusia.
Setiap darah yang kehabisan oksigen dan mengandung terlalu
banyak darah kotor (carbondiocsida), dari seluruh tubuh mengalir melalui dua
vena besar untuk menuju ventrikel kanan. Hal ini berlangsung setelah pada
atrium kanan terisi darah, yang selanjutnya mendorong darah ke dalam ventrikel
kanan. Selanjutnya dipompa melalui katub pulmoner ke dalam arteri pulmonalis
dan menuju ke paru-paru. Dari paru-pari darah mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil yang disebut kapiler, dan mengelilingi kantong udara pada
paru-paru dan menyerap oksigen untuk melepaskan karbondioksida guna mengalirkan
darah ke dalam vena pulmonalis menju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara
bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Ketika
darah berada pada atrium kiri, selanjutnya didorong menuju ventrikel kiri, da
selanjutnya akan memompa darah bersih melalui katup aurta masuk ke dalam aorta
yang merupakan arteri terbesar dalam tubuh manusia. Pada darah yang kaya
oksigen tersebut kecuali pada paru-paru, maka disediakan untuk kepentingan
seluruh tubuh manusia.
C) Fungsi Jantung
Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh
tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini
berarti bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa
darah pada manusia. Pada saat itu jantung menyediakan oksigen darah yang cukup
dan dialirkan ke seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh darih hasil
metabolisme (karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan fungsi tersebut
jantung mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung mengambil
oksigen dan membuang karbondioksida.
Pada jantung darah yang kaya akan oksigen yang berasal dari
paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh manusia.
Bertambahnya usia seseorang, akan sangat berpengaruh
terhadap fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung
bekerja secara terus menerus selama manusia hidup, akan berpengaruh terhadap
kemampuan fungsi jantung secara berangsur akan mengalami penurunan. Dan hal ini
akan semakin drastis penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain
yang mempengaruhi fungsi jantung itu sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot
jantung atau selaput otot miokarditis atau perikarditis, berkurangnya oksigen
karena penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering disebut sebagai
penyakit jantung koroner, bertambahnya massa otot karena meningkatnya tekanan,
dan sebagainya.
D)
Bagian – Bagian Jantung
Perikardium Jantung
Jantung manusia ditutupi oleh
struktur berlapis ganda yang dikenal sebagai perikardium. Lapisan luar
dikaitkan dengan pembuluh darah utama sedangkan lapisan dalam melekat pada otot
jantung. Lapisan tersebut dipisahkan oleh cairan perikardial. Penutup ini
seperti membran yang memegang semua bagian jantung.
Bilik
Jantung
Jantung dibagi menjadi empat ruang,
atrium kiri, ventrikel kiri, atrium kanan dan ventrikel kanan. Atriums adalah
ruang atas jantung, sedangkan ventrikel ruang bawah jantung. Semua ruang ini
dipisahkan oleh lapisan jaringan yang dikenal sebagai septum. Sisi kiri ruangan
dikaitkan dengan peredaran darah beroksigen dan sisi kanan menerima darah
terdeoksigenasi dari berbagai bagian tubuh.
Katup
Jantung
Ada empat katup di jantung yaitu
katup bikuspid, katup trikuspid, katup pulmonal dan katup aorta. Mereka
membantu dalam mencegah aliran balik darah dari satu ruang ke yang lain. Ini
mempertahankan satu arah aliran darah yang tepat selama proses berlangsung. Katup
bikuspid terdapat antara atrium kiri dan ventrikel kiri sedangkan katup
trikuspid terdapat antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup paru
berperilaku sebagai gerbang yang menghentikan aliran balik darah dari ventrikel
kanan ke arteri pulmonalis yang mengambil darah terdeoksigenasi ke paru-paru
untuk pemurnian. Terakhir katup aorta, katup ini memainkan peran penting dalam
menghentikan aliran balik darah dari ventrikel kiri ke aorta. Setelah darah
ditransfer ke aorta ini memasok darah beroksigen ke bagian tubuh yang berbeda.
Pembuluh
darah
Pembuluh darah adalah pembawa darah
dalam tubuh manusia. Ini memainkan peran yang sangat penting dalam penyediaan
darah ke berbagai bagian tubuh. Pembuluh darah bisa dari dua jenis, vena dan
arteri. Semua pembuluh darah (kecuali vena paru) yang terlibat dalam membawa
darah terdeoksigenasi dari berbagai bagian tubuh ke jantung sedangkan semua
arteri (kecuali arteri pulmonalis) yang terlibat dalam memasok darah beroksigen
dari jantung ke berbagai bagian tubuh.
E)
Penyakit – Penyakit pada jantung
-
Jantung Koroner
a. Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana
terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan
penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah coroner (Mila, 2010).
Lemak,
disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai
sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di
dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi
organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi.
Fungsi
lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel,
sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein,
memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh.
(Danny, 2009).
Secara ilmu gizi, lemak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Lipid sederhana :
•
Lemak netral (monogliserida,
digliserida, trigliserida),
•
Ester asam lemak dengan alkohol
berberat molekul tinggi
2. Lipid majemuk :
•
Fosfolipid
•
Lipoprotein
3. Lipid turunan :
•
Asam lemak
•
Sterol (kolesterol, ergosterol,dsb)
Secara klinis, lemak yang penting
adalah :
• Kolesterol
Kolesterol
merupakan bahan perantara untuk pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin
D (untuk membentuk & mempertahankan tulang yang sehat), hormon seks
(contohnya Estrogen & Testosteron) dan asam empedu (untuk fungsi
pencernaan ).
• Trigliserida (lemak netral)
Sebagian
besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99% trigliserida. Trigliserida
adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan
gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka
dinamakan monogliserida. Fungsi utama Trigliserida adalah sebagai zat energi.
Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel
membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida
menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh
sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan
menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O).
Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama dengan VLDL (Very Low
Densitiy Lipoprotein) yang bersifat aterogenik. Trigliserida serum juga
berhubungan positif dengan risiko PJK.
• Fosfolipid
Fungsi
dari fosfolipid antara lain sebagai bahan penyusun membran sel. Beberapa
fungsi biologik lainnya antara lain adalah sebagai surfactant paru-paru yg
mencegah perlekatan dinding alveoli paru-paru sewaktu ekspirasi.
• Asam Lemak
Asam
lemak memiliki empat peranan utama. Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun
fosfolipid dan glikolipid. Kedua, banyak protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen
asam lemak, yang menempatkan protein-protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada
membran. Ketiga, asam lemak merupakan molekul bahan bakar. Asam lemak disimpan
dalam bentuk triasilgliserol, yang merupakan ester gliserol yang tidak
bermuatan. Triasilgliserol disebut juga lemak netral atau trigliserida.
Keempat, derivat asam lemak berperan sebagai hormon dan cakra intrasel.
Lipid Plasma
Pada
umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma
darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka lemak tersebut
harus dibuat larut dengan cara mengikatkannya pada protein yang larut dalam
air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan
protein ini disebut Lipoprotein (dari kata Lipo=lemak, dan protein).
Lipoprotein
bertugas mengangkut lemak dari tempat pembentukannya menuju tempat
penggunaannya. Ada beberapa jenis lipoprotein, antara lain:
1.
Kilomikron
Merupakan lipoprotein densitas
rendah paling banyak berisi trigliserid yang berasal dari makanan. Kilomikron
berfungsi sebagai alat transportasi trigliserid dari usus ke jaringan lain,
kecuali ginjal.
2.
VLDL (Very Low Density
Lipoprotein)
Merupakan zat yang berfungsi untuk
membawa kolesterol yang telah dikeluarkan oleh hati ke
jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi.
3.
IDL (Intermediate Density
Lipoprotein)
4.
LDL (Low Density Lipoprotein)
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah lipoprotein utama
pengangkut kolesterol dalam darah yang terlibat dalam proses terjadinya PJK.
Semakin tinggi kadar kolesterol-LDL dalam darah menjadi petanda semakin
tingginya risiko PJK, karena itu kolesterol-LDL biasa juga disebut 'kolesterol
jahat'.
5.
HDL (High Density Lipoprotein)
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang
bersifat menurunkan faktor risiko pembentukan aterosklerosis. Kolesterol-HDL
beredar dalam darah dan kembali ke hepar mengalami katabolisme membentuk empedu
serta dieliminasi
Jalur pengangkutan lemak dalam darah :
Lemak dalam darah diangkut dengan dua
cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen
1. Jalur Eksogen
Trigliserida & kolesterol yang
berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar
lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke
dalam aliran darah. Kemudian trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami
penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam
lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus
jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai
cadangan energi. Sedangkan kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati
sehingga menghasilkan kolesterol bebas.
Sebagian
kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang
akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen & membantu
proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan
melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ
hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur
endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil),
dibuang dari aliran darah oleh hati.
Kolesterol
juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut HMG
Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah.
2. Jalur Endogen
Pembentukan
trigliserida dalam hati akan meningkat apabila makanan sehari-hari mengandung
karbohidrat yang berlebihan.
Hati
mengubah karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida,
trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk Very Low Density
Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim
lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein).
Kemudian IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low Density
Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol
total dalam plasma normal manusia mengandung partikel LDL. LDL ini bertugas
menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh.
Kolesterol
yang tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, dimana pertama-tama akan
berikatan dengan HDL (High Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang
kelebihan kolesterol dari dalam tubuh.
Itulah
sebab munculnya istilah LDL-Kolesterol disebut lemak “jahat” dan HDL-Kolesterol
disebut lemak “baik”. Sehingga rasio keduanya harus seimbang.
Kilomikron
membawa lemak dari usus (berasal dari makanan) dan mengirim trigliserid ke
sel-sel tubuh. VLDL membawa lemak dari hati dan mengirim trigliserid ke sel-sel
tubuh. LDL yang berasal dari pemecahan IDL (sebelumnya berbentuk VLDL)
merupakan pengirim kolesterol yang utama ke sel-sel tubuh. HDL membawa
kelebihan kolesterol dari dalam sel untuk dibuang. (Sumber: Nutrition:
Science and Applications, 2nd edition, edited by L. A. Smaolin & M. B.
Grosvenor. Saunders College Publishing, 1997.)
Penyakit
Arteri Koroner / penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease)
ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi
dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah.
Endapan
lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar
di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung
dan menyediakan darah bagi jantung.
Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.
Ateroma
bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit. Jika
ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam
aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.
Supaya
bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium)
memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika
penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi
(berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
Kelainan Lipid
Dilakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Untuk mengukur kadar
kolesterol LDL, HDL dan trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu minimal
selama 12 jam.
Kadar Lemak Darah :
|
Pemeriksaan Laboratorium
|
Kisaran yang Ideal (mg/dL darah)
|
|
Kolesterol total
|
120-200
|
|
Kilomikron
|
negatif (setelah berpuasa selama
12 jam)
|
|
VLDL
|
1-30
|
|
LDL
|
60-160
|
|
HDL
|
35-65
|
|
Perbandingan LDL dengan HDL
|
< 3,5
|
|
Trigliserida
|
10-160
|
Berbagai
pedoman telah dibuat untuk menilai hasil tes lipid darah. Oleh The National
Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel III 2001 menetapkan
klasifikasi kolesterol dan trigliserida, yang merupakan pedoman untuk
interpretasi klinik hasil tes lipid darah sebagai berikut :
1.
Total Kolesterol
- Kurang dari 200 mg/dl, dikategorikan level kolesterol yang diinginkan.
- Antara 200 - 239 mg/dl, dikategorikan garis batas level kolesterol tinggi
- Lebih besar atau sama dengan 240 mg/dl, diketegorikan level kolesterol tinggi.
2.
Kolesterol-LDL
a.
Kurang dari 100 mg/dl, dikategorikan
level Kolesterol-LDL optimal
b.
Antara 100 - 129 mg/dl,
dikategorikan level Kolesterol LDL mendekati optimal
c.
Antara 130 - 159 mg/dl,
dikategorikan garis batas level kolesterol-LDL tinggi
d.
Antara 160 - 189 mg/dl,
dikategorikan level kolesterol-LDL tinggi
e.
Lebih besar atau sama dengan 190
mg/dl, dikategorikan level kolesterol sangat tinggi.
3.
Kolesterol-HDL
a.
Kurang dari 40 mg/dl, dikategorikan
level kolesterol HDL rendah
b.
Lebih besar atau sama dengan 60 mg/dl,
dikategorikan level kolesterol tinggi.
4.
Trigliserida
a.
Kurang dari 150 mg/dl, dikategorikan
level trigliserida normal
b.
Antara 150 - 199 mg/dl,
dikategorikan level trigliserida garis batas level trigliserida tinggi
c.
Antara 200 - 499 mg/dl,
dikategorikan level trigliserida tinggi
d.
Lebih besar atau sama dengan 500
mg/dl, diketegorikan level trigliserida sangat tinggi.
Hiperlipidemia
Yang
dimakud dengan Hiperlipidemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
peningkatan kadar lipid/lemak darah. Berdasarkan jenisnya, hiperlipidemia
dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Hiperlipidemia Primer
Banyak
disebabkan oleh karena kelainan genetik. Biasanya kelainan ini ditemukan pada
waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan. Pada umumnya tidak ada
keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma
(penumpukan lemak di bawah jaringan kulit).
Berdasarkan fenotip lipoproteinnya
hiperlipidemia primer dibedakan berdasarkan 6 tipe (Fredrickson, 1967).
Klasifikasi hiperlipoproteinememia
menurut Fredickson :
|
Sinonim
|
Fraksi lipoprotein utama yang
meningkat
|
Lipid utama yang meningkat
|
|
|
I
IIA
IIB
III
IV
V
|
Hiperkilomkronemia
Hiperbetalipoprotenemia
Hiper-β & pra-β-LPP
lipoproteinemia
Hiper broad band LPPemia
Hoperpralipoprooteinemia
Hoperkilomikron dan
Hiperprabetalipoproteinemia
|
Kilomikron
LDL
LDL dan VLDL
IDL
VLDL
VLDL dan kilomikron
|
Trigliserid
Kolesterol
Kolesterol dan trigliserid
Trigliserid dan Kolesterol
Trigliserid
Trigliserid dan kilomikron
|
2.
Hiperlipidemia Sekunder
Pada
jenis ini, peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu penyakit
tertentu, misalnya : diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar &
penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversibel (berulang).
Ada
juga obat-obatan yang menyebabkan gangguan metabolisme lemak, seperti:
1.
Beta-bloker : hiperlipoproteinememia
tipe IIa dan IIb
2.
Diuretik : hiperlipoproteinememia
tipe IIb dan IV
3.
Esterogen : hiperlipoproteinememia
tipe IV
4.
Gestagen : hiperlipoproteinememia
tipe IIb
Klasifikasi Klinis Hiperlipidemia (dalam hubungannya dengan Penyakit
Jantung Koroner)
1.
Hiperkolesterolemia yaitu : kadar kolesterol meningkat
dalam darah .
2.
Hipertrigliseridemia yaitu : kadar trigliserida
meningkat dalam darah.
3.
Hiperlipidemia campuran yaitu : kadar kolesterol dan
trigliserida meningkat dalam darah.
2. Etiologi
Penyakit
jantung coroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
a.
Penyempitan (stenosis) dan penciutan
(spasme) arteri koronaria, tetapi penyempitan bertahap akan memungkinkan
berkembangnya kolateral yang cukup sebagai pengganti.
b.
Aterosklerosis, menyebabkan sekitar
98% kasus PJK.
c.
Penyempitan arteri koronaria pada
sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis yang mengenai arteri
coronaria, dll.
Faktor Resiko
Faktor resiko ada yang dapat
dimodifikasi ada yang tidak dapat dimodifikasi
1. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi :
- Merokok
Merokok
dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada dinding
arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan
mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit, glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri.- Hiperlipoproteinemia
DM, obesitas dan
hiperlipoproteinemia behubungan dengan pengendapan lemak.
- Hiperkolesterolemia
Kolesterol, lemak dan substansi
lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga
lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut
aterosklerosis.
- Hipertensi
Peningkatan
tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan
hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktormiokard).
Serta tekanan darah yang tinggi
menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner).
- Diabetes mellitus
Intoleransi terhadap glukosa sejak
dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah.
- Obesitas dan sindrom metabolic
Obesitas adalah kelebihan jumlah
lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan > 21 % pada perempuan. Obesitas
juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan
jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal.
- Inaktifitas fisik
- Perubahan keadaan sosial dan stress
Penelitian Supargo dkk (1981-1985)
di FKUI menunjukkan orang yang stress satu setengah kali lebih besar
mendapatkan resiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan tekanan darah juga
dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
- Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Hipotiroid / hiposekresi terjadi
bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi, sehingga
menyebabkan kretinisme atau terhambatnya pertumbuhan tubuh.
Pada orang dewasa mengakibatkan mixodema,
proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat dan
gerakan lamban.
- Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil kb, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu)
2. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi :
a.
Usia
Resiko
PJK meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi
sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit
mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor
pemicu.
b.
Jenis kelamin laki-laki
Wanita
agaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, kemudian menjadi
sama rentannya seperti pria; diduga karena adanya efek perlindungan esterogen.
c.
Riwayat keluarga
Riwayat
keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua yang menderita
penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan timbulnya aterosklerosis prematur.
Pentingnya pengaruh genetic dan lingkungan masih belum diketahui. Tetapi,
riwayat keluarga dapat juga mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti
misalnya gaya hidup yang menimbulkan stress atau obesitas.
d.
Etnis
Orang
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit putih.
3.
Patofisiologi
Bila
terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, maka kadar
kolesterol dalam darah bisa berlebih (disebut hiperkolesterolemia). Kelebihan
kadar kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh
darah arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma
(sumber utama plak berasal dari LDL-Kolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali
kelebihan kolesterol ke dalam hati, sehingga mengurangi penumpukan kolesterol
di dalam dinding pembuluh darah). Ateroma berisi bahan lembut seperti keju,
mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos
dan sel-sel jaringan ikat.
Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan
terjadi suatu penebalan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis
(terdapatnya aterom pada dinding arteri, berisi kolesterol dan zat lemak
lainnya). Hal ini menyebabkan terjadinya arteriosklerosis (penebalan
pada dinding arteri & hilangnya kelenturan dinding arteri). Bila ateroma
yang terbentuk semakin tebal, dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi
bekuan darah (trombus) yang dapat menyumbat aliran darah dalam arteri
tersebut.
Hal ini yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah
serta suplai zat-zat penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu
seperti jantung. Bila mengenai arteri koronaria yang berfungsi mensuplai
darah ke otot jantung (istilah medisnya miokardium), maka suplai
darah jadi berkurang dan menyebabkan kematian di daerah tersebut (disebut
sebagai infark miokard).
Konsekuensinya adalah terjadinya serangan jantung dan
menyebabkan timbulnya gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina
pectoris). Keadaan ini yang disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner
(PJK)
Manifestasi klinis
Gejala PJK :
a.
Beberapa hari atau minggu sebelumnya
tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak
jantung berdenyut keras, napas tersengal-sengal, kadwoooang-kadang disertai
mual, muntah dan tubuh mengeluarkan banyak keringat.
b. Nyeri dada
Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang
dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa
benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai
penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang
menembus hingga punggung, bahkan ke rahang dan leher.
c.
Jantung berdebar (denyut nadi
cepat).
d.
Keringat dingin
e.
Tenaga dan pikiran menjadi lemah,
ketakutan yang tidak ada alasannya, perasaan mau mati saja.
f.
Tekanan darah rendah atau stroke
g.
Dalam kondisi sakit :
Sakit nyeri terutama di dada sebelah
kiri tulang bagian atas dan tengah sampai ke telapak tangan.
Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang
h.
Kadar trigliserida yang sangat
tinggi (sampai 800 mg/dl atau lebih) bisa menyebabkan pembesaran hati dan limpa
dan gejala-gejala dari pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat).
TandaPJK :
a.
Biasanya kadar lemak yang tinggi
tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan
lemak akan membentuk suatu penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam tendo
(urat daging) dan di dalam kulit.
b.
Demam, suhu tubuh umumnya sekitar
38°C
c.
Mual-mual dan muntah, perut bagian
atas kembung dan sakit
d.
Muka pucat pasi
e.
Kulit menjadi basah dan dingin badan
bersimbah peluh
f.
Gerakan menjadi lamban (kurang
semangat)
g.
Sesak nafas
h.
Cemas dan gelisah
i.
Pingsan
4.
Pemeriksaan diagnostik
Tergantung
kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang
invasive sifatnya.
a.
Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik
jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang
untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui
apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu,
penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
b.
Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai
ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat
gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen
ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
c.
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar
trigliserida sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui
ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
d.
Bila dari semua pemeriksaan diatas
diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis
akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan
diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam
aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat
aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu
dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat
diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan
dengan treadmill ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk
wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%,
artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang.
Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
e.
Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan
langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan
atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan
alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang
dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin
tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai
beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai
beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat
ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah
kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.
(Carko, 2009)
5.
Penatalaksanaan
Biasanya
pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi
menurut UPT – Balai Informasi Tekhnologi LIPI adalah :
a.
Menurunkan berat badan jika mereka
mengalami kelebihan berat badan.
Karena kolesterol dan lemak jenuh
makanan telah terbukti menaikkan kolesterol-LDL, maka masukan zat gizi ini
harus dikurangi. Kalori berlebihan menaikkan LDL dan trigliserida-VLDL, serta
menurunkan HDL, yang membuat pengaturan berat badan menjadi penting.
b.
Berhenti merokok, sebab rokok dapat
menurunkan kadar HDL.
c.
Mengurangi jumlah lemak dan
kolesterol dalam makanannya. Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan
mengurangi kadar LDL.
d.
Menambah porsi olah raga. Olah raga
bisa membantu mengurangi kadar LDL-kolesterol dan menambah kadar
HDL-kolesterol.
e.
Mengkonsumsi obat penurun kadar
lemak (jika diperlukan).
f.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral biasanya menderita peningkatan trigliserida yang bisa mempengaruhi HDL,
yang tergantung atas komposisi estrogen-progesteron pil. Kontrasepsi oral
dengan ldominan progestin bisa menurunkan HDL.
g.
Saat ini penggunaan obat-obat
antioksidan menjadi babak baru dalam upaya pengendalian faktor-faktor risiko
PJK, dimana obat-obat tersebut relatif lebih murah. Santoso (1998) mengemukakan
bahwa perubahan oksidatif LDL dapat dihambat dengan memberi antioksidan,
misalnya vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, vitamin E dan
beta-karoten), vitamin C dan probukal. Beberapa penelitian telah membuktikan
manfaat vitamin E bila dipakai dengan tujuan pencegahan primer, yaitu
menghambat terjadinya PJK pada pria, wanita, dan orang tua.
Obat-obatan kimia yang digunakan
untuk zmenurunkan kadar lemak dalam darah:
1.
Penyerap asam empedu
Cara kerja :
Obat golongan resin ini bekerja
dengan cara mengikat asam empedu di usus halus dan mengeluarkannya melalui tinja
sehingga sirkulasi enterohepatik obat ini menurun. Akibatnya, terjadi
peningkatan fungsi reseptor LDL dan peningkatan bersihan LDL plasma. Obat
golongan ini terutama berpengaruh pada kadar kolesterol LDL dan sedikit/tidak
ada pengaruhnya pada kadar TG dan kolesterol HDL. Pemakaian obat ini pada
pasien hipertrigliseridemia berat (>500 mg/dl) bahkan akan lebih
meningkatkan pada TG.
Contoh : colestyramine,
colestipol
Kolestiramin adalah suatu amonium kuarterner
penukar resin yang dalam bentuk garam, menukar klorida untuk anion lain. 1 gram
kolestiramin dapat mengikat sekitar 100 mg garam empedu. Penggunaan
kolestiramin jangka panjang telah terbukti dapat menurunkan serangan jantung
fatal sekitar 20%.
Efek samping :
Gangguan pencernaan (mual, muntah,
sembelit), urtikaria, dermatitis, nyeri otot dan sendi, arthritis, sakit
kepala, pusing, gelisah, vertigo, mengantuk, penurunan nafsu makan, lemas,
nafas pendek.
2. Penghambat sintesa lipoprotein
Cara kerja : Menurunkan produksi VLDL yang
merupakan prekursor LDL
Contoh : niasin
Asam nikotinat (nicotinic acid) atau
Niasin / vitamin B3 yang larut air. Dengan dosis besar asam nikotinat
diindikasikan untuk meningkatkan HDL atau koleserol baik dalam darah untuk
mencegah serangan jantung.
Efek samping :
Gatal dan kemerahan pada kulit
terutama daerah wajah dan tengkuk, gangguan fungsi hati, gangguan saluran
pencernaan (muntah, diare, tukak lambung), pandangan kabur, hiperusisemia,
hiperglikemia.
3. Penghambat HMG Koenzim-A reduktase
(golongan statin)
Cara kerja :
a.
Menghambat pembentukan kolesterol di
hati
b.
Meningkatkan pembuangan LDL dari
aliran darah
Contoh : fluvastatin,
lovastatin, pravastatin, simvastatin
Lovastatin adalah suatu inhibitor
kompetitif enzim HMG KoA reduktase yang merupakan suatu enzim yang mengontrol
kecepatan biosintesis kolesterol. Golongan obat ini lebih sering disebut
sebagai statin atau vastatin.
Lovastatin dimanfaatkan untuk
pengobatan hiperklolesterolemia yang disebabkan oleh peningkatan LDL.
Efek samping :
Gangguan saluran pencernaan, sakit
kepala, ‘rash’ (kemerahan), nyeri otot.
4. Derivat asam fibrat
Cara kerja :
Golongan asam fibrat diindikasikan
untuk hiperlipoproteinemia tipe IIa, Iib, III, IV dan V. Gemfibrozil sangat
efektif dalam menurunkan trigliserid plasma, sehingga produksi VLDL dan
apoprotein B dalam hati menurun . Gemfibrozil meningkatkan aktivitas
lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserid meningkat. Kadar
kolesterol HDL juga meningkat pada pemberian Gemfibrozil. Fibrate menurunkan produksi
LDl dan meningkatkan kadar HDL. LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan
resiko penyakit jantung, sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukkan itu.
Penghambatan saluran darah mengurangi jumlah darah sehingga oksigen yang dibawa
ke otot jantung juga berkurang. Pada keadaan yang parah dapat menimbulkan
serangan jantung.
Contoh : klofibrat, fenofibrat,
gemfibrosil
Efek samping:
Gangguan saluran pencernaan (mual,
mencret, perut kembung, dll), ruam kulit, kebotakan, impotensi, lekopenia,
anemia, berat badan bertambah, gangguan irama jantung, radang otot.
5. Ezetimibe
Ezetimibe dapat menurunkan total
kolesterol dan LDL juga meningkatkan HDL. Ezetimibe bekerja dengan cara
mengurangi penyerapan kolesterol di usus. Ezetimibe dapat digunakan sendiri
jika antihiperlidemik lain tidak bisa ditoleransi tubuh atau dikombinasi denga
golongan statin (penghambat HMGCoa reduktase) jika golongan statin tidak dapat
menurunka kadar lipid darah sendirian.
6.
Komplikasi
Komplikasi tertinggi akut infark
adalah aritmia, aritmia yang sering memberikan komplikasi adalah ventrikel
vibrilasi. Ventrikel vibrilasi 95% meninggal sebelum sampai rumah sakit.
Komplikasi lain meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal jantung dan
hipotensi/syok kardiogenik. (Darmawan, 2010).
7.
Prognosis
Prognosis
pada penyakit jantung koroner tergantung dari beberapa hal yaitu:
a.
Wilayah yang terkena oklusi
b.
Sirkulasi kolateral
c.
Durasi atau waktu oklusi
d.
Oklusi total atau parsial
e.
Kebutuhan oksigen miokard
Berikut prognosis pada penyakit
jantung coroner:
a.
25% meninggal sebelum sampai ke
rumah sakit
b.
Total mortalitas 15-30%
c.
Mortalitas pada usia < 50 tahun
10-20%
d.
Mortalitas usia > 50 tahun
sekitar 20%
B.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Data subyektif :
• Lokasi nyeri (menyebar kebagian yang
mana)
• Dada terasa berat, kencang, seperti
diperas.
• Awitan dan lamanya nyeri.
• Faktor-faktor pencetus nyeri :
kegiatan, panas, dingin, stress, makanan (banyak lemak).
• Faktor-faktor yang dapat mengurangi
nyeri : istirahat, nitro-gliserin
b. Data obyektif :
Apabila nyeri angina sedang dialami
pasien, maka fokus perawat adalah tingkah laku pasien seperti, cemas, ketakutan
dan memegang dada, disamping itu, perawat juga perlu melihat melihat
tanda-tanda vital dan perubahan irama jantung.
1.
Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan
untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat
atau pada saat beraktivitas).
2.
Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit
jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah
mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary
refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4
mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau
menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jnatung mungkin ireguler
atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di
bibir dan di kuku.
3.
Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau
juga normal.
4.
Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
5.
Neuro sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes
mentation.
6.
Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba
yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri
dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang
dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat
yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah
yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
7.
Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas,
batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada
pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis,
suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/ pink tinged.
8.
Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi
dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
9.
Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang
menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
10.
Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi
yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan
tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan
isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak
pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
11.
Elektrolit
Ketidakseimbangan
yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas
jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
c. Pemeriksaan penunjang
- Whole blood cell
Leukositosis mungkin timbul pada
keesokan hari setelah serangan.
- Analisa gas darah
Menunjukan terjadinya hipoksia atau
proses penyakit paru yang kronis ata akut.
- Kolesterol atau trigliserid
Mungkin
mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
- Chest X ray
Mungkin normal atau adanya
cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
- Echocardiogram
Mungkin harus di lakukan guna
menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
- Exercise stress test
Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
2.
Diagnosa keperawatan
a.
Intoleransi aktivitas berhubungan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang
nekrotik dan iskemi pada miokard.
b.
Resiko terjadinya penurunan cardiac
output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
c.
Resiko terjadinya penurunan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
d.
Resiko terjadinya ketidakseimbangan
cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan
retensi natrium, penurunan plasma protein.
3.
Intervensi
- Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan:
setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan
dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Untuk memonitoring kondisi pasien
|
|
2. Anjurkan pada pasien agar lebih
banyak beristirahat terlebih dahulu.
|
Agar kerja jantung tidak berat,
sehingga jantung dapat relaksasi
|
|
3. Anjurkan pada pasien agar tidak
“ngeden” pada saat buang air besar.
|
Agar pembuluh darah tidak
mengalami vasokontriksi yang menyebabkan kerja jantung meningkat
|
|
4. Jelaskan pada pasien tentang
tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
|
Agar pasien mengetahui apa saja
aktivitas yang tidak boleh dilakukan
|
2. Resiko terjadinya penurunan cardiac
output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan
cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Takikardi dapat terjadi karena
nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi
pada TD(hipo/hiper) karena respon jantung.
|
|
2. Catat warna kulit dan kaji
kualitas nadi
|
Sirkulasi perifer turun jika curah
jantung turun. Membuat kulit pucat atau warna abu-abu dan menurunnya kekuatan
nadi
|
|
3. Auskultasi suara nafas dan Catat
perkembangan dari adanya S3 dan S4.
|
S3,S4 dan creackles terjadi karena
dekompensasi jantung atau beberapa obat(penyekat beta).
|
|
4. Dampingi pasien pada saat
melakukan aktivitas.
|
Penghematan energy membantu
menurunkan beban jantung
|
|
5. Kolaborasi dalam: pemeriksaan
serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
|
Untuk hasil penunjang dan
pengobatan lebih lanjut
|
3. Resiko terjadinya penurunan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan
keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Untuk mengevaluasi kondisi pasien
|
|
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis,
kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
|
Untuk mengetahui kondisi tugor
pasien
|
|
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in
calf on dorsoflextion), erythema, edema.
|
Untuk mendeteksi adanya komplikasi
|
|
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan
usaha pernafasan).
|
Untuk mengevaluasi irama nafas
pasien
|
|
5. Kaji fungsi gastrointestinal
(bising usus, abdominal distensi, constipasi).
|
Untuk mendeteksi terjadinya
konstipasi
|
|
6. Monitor intake dan out put.
|
Untuk mengetahui balance cairan
dalam tubuh
|
|
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG,
BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.
|
Untuk mendeteksi adanya kerusakan
di gnjal
|
4. Resiko terjadinya ketidakseimbangan
cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan
retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Untuk mengidentifikasi terjadinya
jugular vein distension
|
|
2. Ukur intake dan output (balance
cairan).
|
Untuk mengetahui balance cairan di
dalam tubuh
|
|
3. Kaji berat badan setiap hari.
|
Untuk mengetahui pasien kurang
gizi atau tidak
|
|
4. Sajikan makanan dengan diet rendah
garam
|
Agar pasien tidak mengalami
hipertensi
|
|
5. Kolaborasi dalam pemberian
deuritika.
|
Agar cairan berlebih dalam tubuh
dapat keluar dr tubuh
|
-
Infark Miokard Akut
- Konsep dasar infark miokard akut
- Pengertian
1)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat
disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan
kebutuhan darah miokard. (M. Widiastuti Samekto, 13 : 2001)
2)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
(Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare, 768 : 2002)
3)
Infark myokardium merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner besar
atau cabang-cabangnya. Lamanya kerusakan myocardial bervariasi dan bergantung
kepada besar daerah yang diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Infark
myocardium dapat berakibat nekrosis karena parut atau fibrosis, dan
mendatangkan kematian mendadak. (Barbara C. Long, 568 : 1996)
4)
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan
aliran darah koroner miokard (oenyempitan atau sumbatan arteri koroner
diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau
perdarahan (Carpenito L.J. , 2000)
5)
Infark Myokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu (Hudack & Galo 1996).
Dari kelima pengertian diatas maka
dapat disimpulakan bahwa Infark Miokard Akut (IMA) merupakan suatu keadaan
dimana terjadi kerusakan atau kematian otot jantung yang disebabkan oleh karena
berkurangnya atau terhambatnya aliran darah koroner secara tiba-tiba atau
secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri
koroner yang cukup.
- Klasifikasi
1)
Miokard Infark Subendokardial
Daerah subendokardial merupakan
daerah miokard yang amat peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark
subendokardial terjadi akibat aliran darah sebendokardial yang relatif menurun
dalam waktu lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner
atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan
hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun
pada mulanya gambaran klinis dapat relatif ringan, kecenderungan iskemia dan
infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit.
2)
Miokard Infark Transmural
Pada lebih dari 90% pasien miokard
infark transmural berkaitan dengan trombosis koroner. Trombosis sering terjadi
di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih
jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya perdarahan dalam plaque
aterosklerotik dengan hematom intramural, spasme yang umumnya terjadi di
tempat aterosklerotik yang emboli koroner. Miokard infark dapat terjadi walau
pembuluh koroner normal, tetapi hal ini amat jarang.
- Etiologi
1)
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner akibat
arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau trombus.
Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
Pada setiap kasus terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokard.
2)
Faktor pencetus
Faktor pencetus terjadinya miokard
infark yaitu :
a)
Stres.
b) Cuaca
yang dingin atau panas.
c)
Pekerjaan fisik.
d) Merokok.
e)
Peminum kopi.
- Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah
mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau
penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan aliran darah
koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini
selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
30 menit
setelah terjadi sumbatan, perdarahan metabolik terjadi sebagai akibat dari
iskemia. Glikolisis anaerob berperan dalam menyediakan energi untuk
menghasilkan laktase. Perubahan-perubahan pada elektro potensial membran,
setelah 20 menit terjadi perubahan-perubahan seluler meliputi ruptur lisotum
dan defek struktural sarkolema yang menjadi ireversibel pada sentral zone
infark. Zone iskemia yang ada di sekitar area infark mungkin tersusun oleh
sel-sel abnormal. Area iskemia ini dapat membalik apabila sirkulasi terpenuhi
secara adekuat. Tujuan terapi adalah memperbaiki area iskemia tersebut dan
mencegah perluasan sentral zone nekrosis.
Miokard infark menggangu fungsi
ventrikuler dan merupakan predisposisi terhadap perubahan hemodinamik yang
meliputi: kemunduran kontraksi, penurunan stroke volume, gerakan dindinng
abnormal, penurunan fraksi ejeksi peningkatan ventrikuler kiri pada akhir
sistole dan volume akhir diastole, dan peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikuler. Mekanisme kompensasi output cardial dan perfusi yang mungkin
meliputi stimulasi refleks simpatetik untuk meningkatkan kecepatan jantung,
vasokonstriksi, hipertrofi ventrikuler, serta retensi air tuntutan dengan miokardial.
Tapi direncanakan untuk mencukupi kebutuhan dengan dan menurunkan tuntutan
terhadap oksigen.
Proses penyembuhan miokard infark
memerlukan waktu beberapa minggu. Dalam waktu 24 jam terjadi udema seluler dan
infiltrasi leukosit.Enzim-enzim jantung di bebaskan menuju sel. Degradasi
jaringan dan nekrosis terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3. Pembentukan
jaringan parut dimulai pada minggu ke 3 sebagai jaringan konektif
fribrous yang menggantikan jaringan nekrotik, jaringan parut menetap terbentuk
dalam 6 minggu sampai 3 bulan.
Miokard infark paling sering terjadi
pada ventrikel kiri dan dapat dinyatakan sesuai area miokardium yang terkena.
Apabila mengenai 3 sekat dinding miokardium maka disebut infark transmural dan
apabila hanya sebatas bagian dalam miokardium disebut infark sebendokardial.
Miokard infark juga dapat dinyatakan sesuai dengan lokasinya pada jantung, yang
secara umum dapat terjadi pada sisi posterior, anterior, septal anaterior,
anterolateral, pasteroinferior, dan apical. Lokasi dan luasan lesi menentukan
sejauh mana kemunduran fungsi terjadi, komplikasi dan penyembuhan.
- Manifestasi Klinis
1)
Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak mereda, biasanya diatas
region sentral bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2)
Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak dapat
tertahankan lagi.
3)
Nyeri ini sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4) Nyeri
mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetapa selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin (NGT).
5)
Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6) Nyeri
sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual serta muntah.
7)
Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neorureseptor (menumpulkan
pengalaman nyeri).
- Komplikasi
1)
Gagal jantung kongesif
2)
Syok kardiogenik
3)
Disfungsi otot papilaris
4)
Defek septum ventrikel
5)
Ruptura jantung
6)
Aneurisma ventrikel
7)
Tromboembolisme
8)
Perikarditis
9)
Aritmia
- Penatalaksanaan
1)
Penatalaksanaan medis
a) Penanganan
nyeri.
Berupa terapi farmakologi : morphin
sulfat, nitrat, penghambat beta (beta blockers)
b) Batasi ukuran infark
miokard
Dilakukan dengan upaya meningkatkan
suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara,
mempertahankan atau memulihkan sirkulasi.
Golongan utama terapi farmakologi
yang diberikan :
(1) Antikoagulan
(mencegah pembentukan bekuan darah)
(2) Trombolitik (penghancur
bekuan darah, menyerang dan melarutkannya)
(3) Antilipemik
(menurunkan konsentrasi lipid dalam darah)
(4) vasodilator perifer
(meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena vasospasme)
2)
penatalaksanaan keperawatan
a) Pantau
karakteristik nyeri catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respons
hemodinamik (contoh: meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, napas
cepat, tekanan darah/frekuensi jantung berubah).
b) Berikan oksigen
tambahan dengan kanul nasal atau masker sesuai indikasi.
c) Tingkatkan
istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik, berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
d) Anjurkan pasien
menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat defekasi.
e) Pantau
frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
f) Berikan makanan
kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi, coklat.
g) Lihat pucat,
sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Cacat kekuatan nadi perifer.
h) Dorong latihan kaki
aktif/pasif, hindari isometrik.
i)
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
- Pencegahan
Pencegahan dimulai dengan mengenal
faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi
gaya hidup.
1)
Hindari: merokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya .
2)
Kurangi: kolesterol, lemak dalam makanan.
3)
Anjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur.
4)
Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas.
5)
Kurangi stress.
-
Kardiomiopati
2.1
Definisi
Kardiomiopati kongestif/Dilatasi adalah suatu penyakit
miokard yang primer atau idiopatik yang ditandai dengan dilatasi
ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung kongestif. (FKUI,1996:1072)
Kardiomiopati kongestif adalah
bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau pembesaran rongga
ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan
statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung
Waluyo,2001:833)
Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah
kerusakan yang luas pada miofibril dan mengganggu metabolisme jantung.
(Ignatavicus et al,1995:918)
Jadi dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah penyakit miokard yang primer
atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang
ditandai dengan dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan
penipisan dinding otot, pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam
ventrikel.
2.2
Klasifikasi
Bila kardiomiopati di klasifikasikan
berdasarkan etiologi maka dikenal bentuk dasar yaitu :
1. Tipe primer, apabila terdapat penyakit pada jantung dengan penyebab yang tidak diketahui. Termasuk didalamnya istilah idiopatik kardiomiopati, familial kardiomiopati dan fibrosis endomiokardium.
2. Tipe sekunder, apabila
ditemukan penyakit miokardium dengan penyebab yang dapatdiketahui, termasuk
bila berhubungan dengan penyakit yang mengaitkan systemorgan lain. Sedangkan
bila klasifikasi berdasarkan klinis dan patofisiologi, makakardiomiopati dibagi
menjadi dilatasi, restiktif dan hipertrofik.
- Kardiomiopati Dilatasi (Dilated Cardiomyopathy/ DCM)
Merupakan jenis kardiomiopati yang paling banyak ditemukan. Dengankelainan yang ditemukan: dilatasi ventrikel kanan dan atau ventrikel kiri,disfungsi
kontraktilitas pada salah satu atau kedua ventrikel, emboli dan
seringkalidisertai gejala gagal jantung kongestif. Dulu kelainan ini sering
disebut dengan kardiomiopati
kongestif, tetapi kini terminology yang dipergunakan adalah
kardiomiopati dilatasi karena pada saat awal abnormalitas yang ditemukan
adalah pembesaran ventrikel dan disfungsi kontraktilitas sistolik, dengan
tanda dan gejala gagal jantung kongestif yang timbul
kemudian. Apabila hanya ditemukandisfungsi kontraktilitas dengan
dilatasi minimal dari ventrikel kiri, maka
variandari kardiomiopati dilatasi ini digolongkan ke dalam
kelompok kardiomiopatiyang tidak dapat diklasifikasikan (menurut klasifikasi
WHO/ ISFC).
Tampaknya pada atlit sehat
sering ditemukan. Klasifikasi penyakit
ini dapat mengenai segala usia,tetapi kebanyakan
mengenai usia pertengahan dan lebih sering ditemukan
pada pria dibandingkan perempuan. Insiden kejadian dilaporkan 5-8 kasus
per 100.000 populasi per tahundan kejadian ini terus meningkat jumlahnya.
Kejadian pada pria dan kulit
hitamdikatakan tiga kali lebih sering dibandingkan populasi kulit putih dan
perempuan. Dan angka kelangsungan hidup pada kulit hitam dan pria lebih buruk dibandingkan
kulit putih dan perempuan.
- Kardiomiopati hipertrofi
Dalam kardiomiopati hipertrofi, massa
jantung meningkat me- lebihi bagian peningkatan dalam
ruangan ventrikel. Sehingga rasio volume rongga ventrikelterhadap tebal dinding
ventrikel menurun. Kardiomiopati hipertrofi bisa dibagi lebih lanjut menurut
pola distribusi peningkatan massa ventrikel.
Simetris dalam jantung dengan kardiomiopati hipertrofi
bentuk simetris, ada peningkatan konsentrik pada tebal dinding ventrikel
2. Asimetris dalam
kardiomiopati hipertrofi asimetris, ada penebalan dinding menyeluruh dinding
ventrikel tetapi peningkatan massa terdistribusi tidak sama. Beberapa pola
kardiomiopati hipertrofi yang asimetris telah dikenal, tetapi yangterlazim adalah
hipertrofi septum asimetris. Bentuk kardiomiopati hipertrofi ini disebut
kardio miopati obstruktif
hipertrofi stenosis sub aorta hipertrofi idiopatik dan
hipertrofi septum asimetris. Biasanya septum menebal 30% atau lebih dalam
dinding bebas ventrikel kiri suatu penentuan mudah dibuat dengan kardiomiopati
hipertrofi ada kelainan histologist yang jelas. Dalam septum dan kadang-kadang
dalam
dinding bebas, ada kekacauan serabut miokardium.Walaupun tidak patognomon untuk penyakit ini,namun kelainan ini merupakan gambarandan bermanfaat
dalam membedakan keadaan ini.
- Kardiomiopati Restriktiva (infiltrative)
Dalam kardiomiopati restriktiva kelainan patofis
iologis primer adalah penurunan komplians ventrikel, yaitu ventrikel kaku. Tetapi berbeda darikardiomiopati
hipertrofi, fungsi ventrikel normal atau tertekan. Rongga
ventrikelumumnya tidak berdilatasi dan dinding ventrikel bisa normal atau sedikitmeningkat tebalnya. Endokardium mural bisa menebal padat pada sejumlah bentuk lainan
(fibroelastosis endokardium) dengan restriksi endokardium yangmerupakan
sebab utama disfungsi ventrikel.
2.3
Etiologi
- Kardiomiopati berdilatasi
Pada waktu kardiomiopati berdilatasi
muncul secara klinik, etiologi
biasanyatidak jelas. Di dunia barat, infeksi virus yang jauh mungkin sebab terseringkardiomiopati berdilatasi
yang idiopatik. Namun
banyak etiologi potensial telahdilibatkan, sehingga harus
disebutkan Infeksi atau radang
- Agen virus Coxsackie, echovirus dan influenza yang terlazim. Banyak virus lain telahdilibatkan.
- Penyakit radang non virus :
- Riketsia
- Bakteri
- Jamur
- Parasit : Tripanosomiasis, taksoplasma, trikinosis, Skitosomiasise
- Sarkoidosis
- Toksik : alkohol, adriamisin, daunorubisin
- Penyakit vaskular kolagena : sklerosis sistemik progresif, lupus eritematosus sistemik
- Metabolik Berbagai keadaan hormone dan gizi telah di hubungkan dengan disfungsimiokardium primer. Walaupun jarang dalam praktek klinik, namun keadaan ini harus dipertimbangkan.
- Endokrin
- Penyakit tiroid : hipotiroidisme khas ada dengan kardiomiopatikongesti berdilatasi. Hipertiroidisme, (lebih khas) miokardiopati hipertrofihiperkinetik.
- Diabetes:Kardiomiopati kongesti ber dilatasi.Pasien diabetes juga bisamenderita kardio miopati berdilatasi iskemik yang sering karena penyakit arterikoronaria yang tenang.
- Akromegalid kalsinoid
- Gizi : merupakan penyebab kardiomiopati tidak lazim di negara yang
telah berkembang. Bila ada, biasanya
dalam bentuk kardiomiopati
berdilatasi Contoh: defisiensi
tiamin (beri-beri); kwashiorkor;
pellagra; defisiensi selenium.
- Lain
- Hipofosfatemia
- Defisiensi karnitin
- Urenia
- Obesitas
- Kehamilan dan pasca persalinan
- Herediter a
- Idiopatik
- Penyakit penimbunan glikogen
- Distrofi otot
- Ø Iskemik
Penyakit arteri koronaria beberapa pembuluh darah yang parah bisamenyebabkan
kardiomio pati berdilatasi tanpa infark miokardium yang terbuktisecara klinis
atau kerusakan miokardium yang bermakna. Dalam keadaan pen-yakit koronaria yang
tenang, keadaan ini bisa ada secara klinik sebagai kardiomiopatiidiopatik dan
mempunyai masalah diagnostic.
• Kardiomiopati
hipertrofi
- Herediter
Herediter autosom dominan, biasanya
disertai dengan hipertrofi septum asimetris.
- Hipertensi
Beban tekanan berlebihan yang
berlangsung lama menyebabkan pembentukankembali hipertrofi seperti hipertensi,
stenosis aorta. Pada beberapa kasus, bahkanrangsangan hipertensi yang ringan
bisa menyebabkanhipertrofi simetris yang jelas melebihi bagian
hipertensi. Ini menggambarkan predisposisi bagi perkembangankeadaan
ini.
- Senilis
Jantung tua disertai dengan rongga ventrikel yang kecil, ventrikel tidak komplians bisa ada sebagai penyakit hipertrofi. Amiloidosis, senilis atausbaliknya,
bisa ada sebagai kardiomiopati hipertrofi.
- Metabolik hipertirodisme, feokromositoma dan akromegali,
semuanya telah disertaidengan
kardiomiopati hipertrofi, tetapi jarang demikian.
- Fungsional , keadaan hiperkontraktilitas dan hipovolemia bisa menyebabkan gambaran akut penyakit ipertrofi dengan kebanyakan tanda diagnostik dan klinik yang terbuktif secara akut. Apa yang menyebedakan keadaan ini adalah bahwa keadaan ini cenderung sepintas dan tidak disertai dengan restrukturisasi jan-tung yang permanen. Contoh penyebab kelainan fungsional ini mencakup hipovolemia dansyok; rangsangan adrenergic akut dan pasca perbaikan katup mitral untuk sindrom prolaps katup mitral.
• Kardiomiopati restriktiva
1.amiloid
2.sarkoidosis
3.hemokromatosis
4.endokarditis fibroplastik
eosinofilik (endokarditis loffler), fibrosisendomiokardium
Keadaan ini disertai dengan
endokardium muralfibrosa,yang merupakan sebab utama restriksi fungsi miokardium
yang lebih lazim terlihat di afrika.
5.penyakit whipple
6.penyakit penimbunan glikogen
7. sfingolipodosis
a.penyakit fabrys
b.penyakit gaucher
2.4
Patofisiologi
• Kardiomiopati kongesti atau berdilatasi
1.Peningkatan sedang dalam
massa miokardium, tetapi rongga ventrikel berdilatasi parah. Biasanya
keempat kamar jantungmembesar dan sering mengandung trombi mural, yang
terakhir menyebabkan embolisme sistemik.2.Gangguan fungsi sistolik.
Pengurangan fraksi ejeksi (biasanyakurang dari 40%).3.Tidak ada gangguan
pengisian ventrikel kiri4.Dengan dilatasi parah rongga ventrikel, maka
regurgitasi mitral bisa timbul dengan katup normal secara
anatomi.5.Bisa timbul berbagai aritmia atrium dan ventrikel.
- Kardiomiopati hipertrofi
1.Peningkatan jelas dalam massa
miokardium, rongga ventrikel kecil.
2.Gangguan relaksasi diastolic, penurunan komplians(peningkatan kekakuan) ventrikel dan peningkatan tekanan pengisian
ventrikel kiri.
3.Fungsi sistolik normal atau hiperdinamik. Fraksi ejeksi bisasetinggi
90%.
4.Regurgitasi mitral bisa timbul karena distorsi daun mitralanterior.
5.Bisa timbul aritmia atrium
dan ventrikel. Sindrom
takikardiaventrikel yang maligna bisa timbul dalam bentuk familialkardiomiopati
hipertrofi.
6.Perbedaan saluran keluar yang
bervariasi dan ada pada banyak kasus, dipercaya oleh beberapa orang
menunjukkan obstruksialiran darah dalam sistol dan sebagian karena adanya
daunmitral anterior dalam ruangan saluran keluar (yaitu gerakan
anterior sistolik daun mitral). Beberapa penelitian telah
menghubungkan gerakan anterior sistolik dengan perbedaansaluran
keluar.
• Kardiomiopati restriktiva
1.Gangguan pengisian diastolic
2.Fungsi sistolik bisa normal atau
terganggu
3.Bisa
timbul regurgitasi mitra
2.5
WOC Kardiomiopati
|
1.
Genetis
|
|
4. alkohol
|
|
3. infeksi konsakkie
|
|
5. obat anti kanker dexorubicin
& daunorubicin
|
|
2. arteri koroner
|
Mutasi protein
sarkomer
pasokan darah
tdk
peradangan otot jantung memperkuat
Yaitu troponin T dan miosin B
memadai ke otot
jantung
akut(miokarditis)
berkembangnya
ranati
berat
miokarditis
merusak
miokardium
MK : penurunan perfusi memperlemah otot
jantung (karena turunnya
secara akut
Alel tidak
aktif
kardio pulmoner
resistensi individu)
Mungkin
menjadi
inflamasi(miokarditis)
Kerusakan protein sarkorner
Hipoksia
predisposisi
otot
jantung
defisiensi nutrisi
kerusakan jantung kronis
Hipoksemia miokard
Disfungsi otot jantung
MK : nyeri disfungsi otot jantung
KARDIOMIOPATI
Kardiomiopati
dilatasi
Kardiopati hipertrofik
Kardiomiopati restritif
Dilatasi ventrikel
kiri
hipertrofi ventrikel terutama spetum
dinding jantung kaku & tdk cukup
Ventrikel
lentur ut terisi darah
Peningkatan volume ventrikel kiri /
kanan
Volume
ventrikel
pengisian ventrikel
Kegagalan ventrikel
kanan
terapi
ASA
kegagalan ventrikel kiri
Tahanan ventrikel
kanan
ESO ;
mual
cardiac output menurun
tekanan
atrium kiri
Volume atrium
kanan
MK : nutrisi kurang dari
kebutuhan MK :
intoleransi aktifitas
hipertensi
pulmonal
Tahapan balik
vena
tahapan vena
porta
edema
paru efusi pleura
Edema
perifer
gg. Aliran darah ke
hepar
penurunan bilirubin
terkonjugasi
Gg.difusi O2
Gg.ekspansi paru
& CO2
Hiperbilirubin
MK : Gg.pola
MK : resiko kerusakan integritas
kulit
MK : kerusakan nafas
MK : kelebihan V cairan
pertukaran
gas
2.6
Penatalaksanaan medis
a. Obat Digitalis
Cardiak Output seperti digitalis
mempunyai efek isotropic positif dan digunakan untuk meninngalkan miokardium
contractility dan cardiac output. Kegiatan mereka dengan peningkatan cardiac
output berlanjut dengan waktu kondisi, dan peningkatan refractory period .
Permulaan obat-obat tersebut diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh efisiensi
cardiac output yang maksimal. Jika efektivitas obat itu diperoleh sangat besar,
dosis lebih rendah digunakan untuk pemeliharaan. Efek samping obat ini
adalah mual dan muntah.
b. Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi
otot secara halus oleh karena mempersatukan vena, menurunkan resistensi
peripheral, dan akhirnya menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator dalam dosis
rendah adalah aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut
tekanan, dalam dosis tinggi, hal itu menurunkan kelebihan daya. Efek samping
obat ini diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala atau compensatory.
c. Istirahat
Pasien harus diletakan pada posisi
untuk menghindari ketidakperluan membuang energi. Jika pasien dalam ortopneu
harus didukung dalam posisi fowler yang tingi. Pasien harus dimobilisasi secara
teratur untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah robeknyajaringan dikarenakan
tekanan dari edema.
d. Pemenuhan oksigen ke
jaringan
Penambahan oksigen digunakan untuk
menjamin secara adekuat oksigen ke sel-sel. Selama pemberian oksigen ini, harus
diobservasi warna, respirasi dan tanda-tanda vital.
e. Menurunkan
volume darah
Bila payah jantung, hal itu
menyulitkan sirkulasi darah, dan akumulasi cairan di dalam jaringan. Volume
darah dapat diturunkan dengan menggunakan diuretic, diet pembatasan sodium.
Bila perlu dilakukan paracentesisi untuk mengangkat kelebihan cairan di operut.
Perubahan CVP, berat badan dan tekanan artery pulmonary adalah kemajuan
yangbaik dalam indikasi mengurangi volume darah. Seperti volume darah
diturunkan penguatan kardiak akan meningkat dan oksigen ke sel-sel diperbaiki.
f. Terapi
dengan diuretic
Diuretik digunakan untuk
meningkatkan pengeluaran cairan secara cepat. Bila pasien diberi diuretic,
biasanya pasien menjadi lemah atau kebimbangan. Harus diobservasi kehilangan
elektrolit, ketika diuretic digunakan. Kehilangan tersebut dapat berupa
kehilangan potassium, klorida, sodium, dan calsium. Kehilangan pitasium dan
klorida dapat menajdi asidosis metabolic. Observasi juga tanda-tanda kehilangan
elektrolit yaitu haus, kram, pada poerut, lemah, banyak tidur, kejang otot.
g. Diet pembatasan
sodium
Membatasi pemasukan sodium dalam
cara lain, sehingga darah dapat diturunkan. Sodium menyeabkan retensi air,
sumber eliminasi diet dari sodium dapat mencegah dan mengontrol rtensi cairan.
h. Rotating
tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai
menurunkan kembalinya darah vena. Sirkulasi darah vena di tungkai bawah
dibatasi, dan muatan kerja dari jantung diperkecil/dikurangi. Tourniquet
biasanya digunakan selama dekompensasi dan edema pulmonary keras dan hanya
sampai kekuatan kardiak ditingkatkan. Beberapa ahli menentang penggunaan ini
karena menyebabkan darah berkumpul pada ekstremitas bagian bawah, tergantung
pada posisi.
i. Pembedahan
Transplantasi jantung adalah pilihan
pengobatan pada klien dengan kardiomiopati dilatasi berat (DCM) Kriteria untuk
seleksi dilakukannya transplantasi jantung adalah:
- Harapan hidup kurang dari 1 tahun
- Umur lebih muda dari 65 tahun
- New York Heart Association (NYHA) kelas III-IV
- Normal atau dengan peningkatan resistensi pulmonal yang sedikit
- Tidak adanya infeksi aktif
- Status psikososial yang stabil
- Tidak adanya penyalahgunaan obat atau alkohol
2.7
Komplikasi
Komplikasi dari Kardiomiopati
Dilatasi sebagai berikut:
- Gagal jantung
Merupakan penyakit yang paling umum
terjadi pada DCM. Terjadi ketika otot jantung tidak cukup kuat untuk memompa
darah yang cukup untuk seluruh tubuh, menyebabkan edema di paru-paru dan/ atau
jaringan/ perifer. Beberapa orang memiliki penyakit yang stabil dan kondisi
yang agak sedikit buruk. Sementara yang lain memiliki gejala berubah-ubah yang
disebut gagal jantung. Hal ini mempengaruhi kedua sisi jantung( kiri dan kanan)
menyebabkan gejala sesak nafas, edema tungkai, bendungan vena jugularis dan
perut terasa penuh.
- Atrial fibrillation (AF)/ fibrilasi atrium
Merupakan kelainan irama jantung
yang paling sering pada DCM. Denyut jantung ireguler dan cepat, menyebabkan
rasa berdebar-debar, meningkatkan napas yang pendek/ sesak nafas. Hal tersebut
dapat berkaitan dengan gejala yang semakin memburuk atau perkembangan dari
bekuan darah / emboli. Risiko dari bekuan tersebut diatasi dengan pemberian
warfarin yang digunakan untuk mengencerkan darah jika terjadi fibrilasi atrium.
- Bekuan darah/ Thromboemboli
Pada DCM, aliran darah yang melewati
jantung lebih lambat dari biasanya. Hal ini menyebabkan bekuan darah terbentuk
di jantung. Jika bekuan darah tersebut terlepas dari jantung dan ikut dalam
sirkulasi, maka dapat menyebabkan kerusakan otak/ stroke. Pada DCM dengan
pembesaran jantung, diperlukan pengobatan dengan warfarin/ antikoagulan, untuk
mencegah pembentukan bekuan darah.
- Kelainan irama/ rhythm/ aritmia :
Hal tersebut secara umum menyebabkan
pusing, sesak nafas, palpitasi dan dapat juga asimtomatik. Beberapa kelainan
irama yang dapat terjadi pada DCM :
1. Ektopik
ventrikular
Kadang-kadang ada 1 denyut tambahan
di luar denyut jantung. Tidak
memerlukan pengobatan, tidak
berbahaya, dan dapat ditemukan pada orang normal.
2. Ventrikular takikardia
Merupakan denyut jantung yang sangat
cepat. Berkaitan dengan penurunan drastis dari tekanan darah dan gejala dari
pusing sesak nafas atau bahkan pingsan. Tapi dapat juga asimtomatik. Dapat
berespon terhadap obat atau ICD/ implantable cardioventer defibrillator.
3. Ventricular fibrillation (VF)/
fibrilasi ventrikel
Jarang terjadi. Kelainan yang berat
dan serius dari aktivitas elektrik irama jantung. Dapat menyebabkan kolaps dan
bahkan kematian jika tidak disembuhkan.
- Sudden death/ kematian mendadak
Terjadi karena aritmia yang berat
atau perkembangan bekuan darah yang besar. Obat- obatan dan/ atau ICD dapat
mengurangi risiko ini.
- Heart block
Jika sistem konduksi elektrikal
jantung dalam jantung gagal untuk berfungsi dengan baik, jantung akan menjadi
terlalu lambat. Jika terjadi pandangan mata terasa gelap/ tidak
sadar, maka diperlukan pacemaker.
6. Efek samping
dari pengobatan, meliputi :
1. hipotensi
2. pandangan gelap
dan pingsan
3. reaksi
lupus ( kumpulan gejala berupa bintik-bintik merah pada kulit
dan artritis)
4. pusing
5. gangguan
pencernaan
2.8
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu
metode pemberian asuhan keperawatan yang logis dan sistematis, dinamis, dan
teratur yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan asuhan
keperawatan yang metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien
yang bersifat bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes
R.I, 1994:22).
Perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan klien harus melalui proses keperawatan sesuai dengan teori dan
konsep keperawatan dan diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang
terorganisir meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
1.
PENGKAJIAN
a.
Pengumpulan Data
1)
Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati
dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada usia
pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2)
Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang dengan keluhan
adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur
terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak
dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat. Skala sesak
0-4 dan dirasakan sering pada siang dan malam hari.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun,
Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaitu antimyocardial antibodies,
Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine
dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum,
toxic proses (alkohol dan chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan
kanker)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan
yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya
riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga, bila ada
cantumkan dalam genogram.
3) Pola Aktivitas
Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi
garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien mungkin akan merasa haus
dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron. Adanya penurunan
aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan
adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada
malam hari untuk eliminasi BAK.
4)
Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas,
Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bnatal,
Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan
pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot
aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar
dan mengi.
b) Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis, pembesaran
jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada auskultasi jantung ,tekanan
darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung dll)nadi
perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral
mungkin kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat.
c) Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan berat badan
secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya nyeri abdomen kanan atas,
hepatomegali dan asites
d) Sistem
Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan, sakit pada
otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e) Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening, perubahan
prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f) Sistem
Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunanan
berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan keadaan kateterisasi .
g) Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh
bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik ,
dan adanya kulit yang lecet.
5)
Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah
dan konsep diri dan koping klien akibat penyakit, keprihatinan finansial
dan hospitalisasi.
6)
Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien
terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan
perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam
aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan
kelelahan.
7)
Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi
klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama yang dianutnya.. Biasanya
klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.
8)
Data Penunjang
(a) Pemeriksaan Laboratorium
Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali,
terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri,
dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi
trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan
akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi
(EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa
terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan
pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan
dengan pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri
disertai fungsinya yang berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar
serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung
berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium
meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel
kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan desakan vena
sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana
neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
2.
ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan
kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang yang ditemukan
sehingga diketahui permasalahan klien.
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu
penyimpangan yang menggunakan respon manusia (status kesehatan, pola interaksi,
baik aktual maupun potensial sebagai individu atau kelompok dimana perawat
dapat mengidentifikasi dan melaksanakan intervensi secara legal untuk
mempertahankan status kesehatan).
Adapun diagnosa yang muncul adalah :
1. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, perubahan frekuensi,irama dan konduksi listrik, perubahan structural
( mis kelainan katup, aneurisme ventricular )
2. Aktivitas intoleran
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan
umum, tirah baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya
curah jantung )/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.
4. Resiko tinggi
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran
kapiler-alveolus, contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area
interstitial/alveoli )
5. Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
6. Kurangnya pengetahuan
mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan kurang
pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
4.
PERENCANAAN
Perencanaan keperawatan adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi
masalah dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perawatan pada
klien dengan kardiomiopati sama dengan pasien dengan gagal jantung
(Ignatavicius et al, 1995: 919) Menurut Doengoes, (alih bahasa I Made Kariasa,
2000:762) adalah:
a. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, perubahan frekuensi,irama dan konduksi listrik, perubahan structural
( mis kelainan katup, aneurisme ventricular )
Tujuan : Curah jantung tidak menurun
Kriteria hasil :
- Menunjukkan tanda
vital yang dapat diterima ( disritmia terkontrol atau hilang )
- Menunjukan tanda gagal
jantung ( mis: parameter hemodinamik dalam batas
normal, haluaran urine adekuat )
- Menunjukkan penurunan
episode dipsnea
- Menunjukkan penurunan
episode angina
- Ikur serta dalam
aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Auskultasi nadi
apical : kaji frekuensi, irama jantung ( dokumentasikan disritmia bila
tersedia telemetri )
2. Catat bunyi jantung
3. Palpasi nadi
perifer
4. Pantau TD
5. Kaji kulit terhadap
pucat dan sianosis
6. Pantau haluaran
urine, cata penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi
7. Kaji perubahan pada
sensori, contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi
8. Atur posisi semi
rekumben pada tempat tidur atau kursi
9. Tinggikan kaki,
hindari tekanan pada bawah lutut
10.
Periksa nyeri tekan betis, menurunnya nadi pedal, pembengkakan, kemerahan
local atau pucat pada ekstreimitas
11.
Kolaborasi pemberian oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai
indikasi
12.
Kolaborasi pemberian obat :
13.
Kolaborasi pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi.
Hindari cairan garam
14.
Kolaborasi pantau/ganti elektrolit.
15.
Kolaborasi EKG dan perubahan foto dada.
16.
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, kreatinin. Pemeriksaan
fungsi hati ( AST, LDH ). PT/APTT/Pemeriksaan koagulasi
|
1.
Biasanya terjadi takhikardi ( meskipun pada saat istirahat ) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventricular. Disritmia ventricular
yang tidak responsive terhadap obat didugaaneurisma ventricular.
2.
S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallops umum (
S3 dan S4 ) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
Mur-mur dapat menunjukkaninkompetensi/ stenosis katup.
3.
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal,
dorsalis pedis dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teraturuntuk dipalpasi dan pulsus alternan ( denyut kuat lain dan denyut
lemah ) mungkin ada.
4.
Pada GJK dini, sedang dan kronis TD dapat meningkat sehubungan dengan SVR.
Pada GJK lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi
tidak dapat normal lagi
5.
Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung, vasokonstriktsi dan anemia. Sianosis dapat terjadi
sebagai refaktoriGJK. Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena
peningkatan kongestif vena.
6.
Ginjal berespon untuk menurunka curah jantung dengan menahan cairan dan
natrium. Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan
cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan
berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
7.
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
8.
Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK akut atau refaktori untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan / konsumsi
oksigen miokard dan kerja berlebihan
9.
Menurunkan stasis vena dan dapat menurunkan insiden thrombus/pembentukan
embolus
10. Menurunnya curah
jantung. Bendungan / stasis vena dan tirah baring lama meningkatkan resiko
tromboflebitis
11. Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhanmiokard melawan efek hipoksia/iskemia.
13. Karena adanya
peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi
peningkatan volume cairan ( preload ). Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit
natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard.
14. Perpindahan cairan
dan penggunaan diuretic dapat mempengaruhi elektrolot ( khususnya kalium dan
klorida ) yang mempengaruhi irama jantung dan kontraktilitas.
15. Depresi segmen ST
dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen
miokard, meskipun tak ada penyakit arteri koroner. Foto dada dapat
menunjukkan pembesaran jantung dan perubahan kongestif pulmonal.
16. Peningkatan
BUN/Kreatinin menunjukkan hiperfungsi/gagal ginjal. AST/LDH dapat meningkat
sehubungan dengan kongesti hati dan menunjukkan kebutuhan untuk obat dengan
dosis lebih kecil yang didetoksikasi oleh hati. Mengukur perubahan pada
proses koagulasi atau keefektifan terapi antikoagulan.
|
b. Aktivitas intoleran
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan
umum, tirah baring lama/immobilisasi.
Tujuan : Aktivitas terpenuhi
Kriteria hasil :
-
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan,
-
Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.
-
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh
menurunnya
kelemahan dan kelelahan
-
Tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
Periksa tanda vital sebelum dan sesudah segera aktivitas, khususnya bila
pasien menggunakan vasodilator, diuretic, penyekat beta.
2.
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dipsnea, berkeringat, pucat.
3.
Kaji presipitator/penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
4.
Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
5.
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi
periode aktivitas dengan periode istirahat.
6.
Kolaborasi program rehabilitasi jantung/aktivitas.
|
1. Hipotensi
ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat ( vasodilasi ),
perpindahan cairan ( diurestik ) atau pengaruh fungsi jantung.
2.
Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama
aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3. Kelemahan
adalah efek samping beberapa obat ( beta blocker, transquilizer dan sedatif
). Nyeri dan program penuh stress juga dapat memerlukan energi dan
menyebabkan kelemahan.
4. Dapat
menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
5. Pemenuhan
kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard/kebutuhan
oksigen berlebihan.
6. Peningkatan
bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila
disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
|
c. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
( menurunnya curah jantung )/
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.
Tujuan : volume cairan dalam batas
normal/ adekuat
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan volume
cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran,
- Bunyi nafas
bersih/jelas
- Tanda vital dalam
rentang yang dapat diterima
- Berat badan stabil
- Tak ada edema
- Menyatakan pemahaman
tentang/pembatasan cairan individual.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Pantau haluaran
urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
2. Pantau/hitung
keseimbangan pemasukkan dan pengeluaran selama 24 jam.
3. Pertahankan duduk
atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
4. Timbang berat badan
tiap hari.
5. Kaji distensi leher
dan pembuluh perifer. Lihat area tubuh dependen untuk edema dengan/tanpa
pitting ; cata adanya edem tubuh umum ( anasarka ).
6. Ubah posisi dengan
sering. Tinggikan kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit, pertahankan tetap
kering dan berikan bantalan sesuai indikasi.
7. Auskultasi bunyi
nafas, catat penurunan dan/atau bunyi tambahan. Contoh krekels, mengi. Catat
adanya peningkatan dispnea, takipnea, ortopnea, dipsnea nocturnal
paroksismal, batuk persisten.
8. Selidiki keluhan
dipsnea ektrem tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sensasi sulit
bernafas, rasa panik atau ruangan sempit.
9. Pantau TD dan CVP (
bila ada ).
10. Kaji bising usus.
Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
11. Berikan makanan
yang mudah dicerna. Porsi kecil dan sering.
12. Ukur lingkar
abdomen sesuai indikasi.
13. Dorong untuk
menyatakan perasaan sehubungan dengan pembatasan.
14. Palpasi
hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri tekan.
15. Catat peningkatan
lethargi, hipotensi dan kram otot.
16. Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi : diuretic, thiazid dan tambahan kalium .
17. Pembatasan natrium
sesuai indikasi.
18. Konsul dengan ahli
diet.
19. Kolaborasi foto
torak
|
1.
Haluaran urine mungkin sedikit dan pelkat ( khususnya selama sehari ) karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi telentang membantu diuresis : sehingga
haluaran urine dapat ditingkatkan pada malam/selama tirah baring.
2.
Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/ berlebihan
( hipovolemia ) meskipun edema/asites masih ada.
3.
Posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
4.
Peningkatan 2,5 kg menunjukkan kurang lebih 2 L cairan. Sebaliknya diuretic
dapat mengakibatkan cepatnya kehilangan/perpindahan cairan dan kehilangan
berat badan.
5.
Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan
pembentukan edema. Edema perifer mulai pada kaki/mata kaki ( atau area
dependen ) dan meningkat sebagai kegagalan paling buruk. Edema pitting adalah
gambaran secara umum hanya setelah retensi sedikitnya 5 kg cairan.
Peningkatan kongesti vascular ( sehubungan dsengan gagal jantung kanan )
secara nyata mengakibatkan edema jaringan sistemik.
6.
Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan
imobilisasi/tirah baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi
integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat/pencegahan.
7.
Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru. Gejala edema paru
dapat menunjukan gagal jantung kiri akut. Gejala pernafasan pada gagal
jantung kanan ( dispnea, batuk, ortopnea ) dapat timbul lambat tetapi lebih
sulit membaik.
8.
Dapat menunjukan terjadinya komplikasi ( edema paru/emboli ) dan berbeda dari
ortopnea dan dispnea nocturnal paroksismal yang terjadi lebih cepat dan
memerlukan intervensi segera.
9.
Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukan kelebihan volume cairan dan dapat
menunjukan terjadinya/peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
10. Kongesti
visceral ( terjadi pada GJK lanjut )dapat menganggu fungsi gaster/intestinal.
11. Penurunan
motilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan absorpsi. Makan
sedikit tapi sering meningkatkan digesti/mencegah ketidaknyamanan abdomen.
12. Pada gagal
jantung kanan lanjut, cairam dapat berpindah kedalam area peritoneal,
menyebabkan meningkatnya lingkar abdomen ( asites ).
13. Ekspresi
perasaan /masalah dapat menurunkan stress/cemas, yang mengeluarkan energi dan
dapat menimbulkan perasaan lemah.
14. Perluasan
gagal jantung menimbulkan kongesti vena, menyebabkan distensi abdomen,
pembesaran hati dan nyeri. Ini akan mengganggu fungsi hati dan mengganggu/
memperpanjang metabolisme obat.
15. Tanda
defisit kalium dan natrium yang dapat terjdai sehubungan dengan perpindahan
cairan dan terapi diuretic.
16. Meningkatkan
laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorpsi natrium/klorida pada
tubulus ginjal. Meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan.
Mengganti kehilangan kalium sebagai efek samping terapi diuretic yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung.
17. Menurunkan
air total tubuh/mencegah reakumulasi cairan
18. Perlu
memberikan diet yang dapat diterima pasien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan cairan.
19. Menunjukan
perubahan indikasif peningkatan/perbaikan kongesti paru.
|
d. Resiko tinggi
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran
kapiler-alveolus, contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area
interstitial/alveoli )
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan
pertukaran gas
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan
ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan
- GDA/oksimetri dalam
rentang normal
- bebas gejala
distress pernafasan
- Berpartisipasi dalam
program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengi.
2.
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
3.
Dorong perubahan posisi sering.
4.
Pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi
20-30 derajat, posisi semi fowler. Sokong tangan dengan bantal.
5.
Kolaborasi pemeriksaan GDA, nadi oksimetri.
6.
Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.
7.
Berikan obat sesuai indikasi : Diuretik dan bronkodilator
|
1. Menyatakan
adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukan kebutuhan untuk intervensi
lanjut.
2. Membersihkan
jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3. Membantu
mencegah ateletaksis dan pneumonia.
4. Menurunkan
konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan inflamasi paru maksimal.
5. Hipoksemia
dapat menjadi berat selama edema paru. Perubahan kompensasi biasanya ada pada
GJK kronis.
6. Meningkatkan
konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki /menurunkan hipoksemia
jaringan.
7. Menurunkan
kongesrti alveolar, meningkatkan pertukaran gas. Meningkatkan aliran oksigen
dengan mendilatasi jalan nafas kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan
untuk menurunkan kongesti paru.
|
e. Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan
integritas kulit
Kriteria hasil :
- Mempertahankan
integritas kulit
- Mendemonstrasikan
perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
Kaji kulit , catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi, atau kegemukan/kurus.
2.
Pijat area kemerahan atau yang memutih.
3.
Ubah posisi sering di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
4.
Berikan perawatan kulit sering , meminimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
5.
Periksa sepatu kesempitan/sandal dan ubah sesuai kebutuhan.
6.
Hindari obat intramuskuler.
7.
Kolaborasi berikan tekanan alternatif/kasur, kulit domba, perlindungan
siku/tumit.
|
1.
Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, immobilitas fisik dan gangguan
status emosi.
2.
Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3.
Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran
darah.
4.
Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
5.
Edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit, meningkatkan resiko
tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
6.
Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
7.
Menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki sirkulasi.
|
f. Kurangnya
pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan kurang
pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah
tentang kondisi dan program pengobatan.
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi
hubungan terapi ( program pengobatan ) untuk menurunkan episode berulang dan
mencegah komplikasi
- Menyatakan tanda dan
gejala yang memerlukan intervensi cepat
- Mengidentifikasi
stress pribadi/factor resiko dan beberapa teknik untuk menangani
- Melakukan perubahan
pola hidup/perilaku yang perlu.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
Diskusikan fungsi jantung normal. Meliputi informasi sehubungan dengan
perbedaan dari fungsi normal. Jelaskan perbedaan antra serangan jantung dan
GJK
2.
Kuatkan rasional pengobatan.
3.
Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan dan
istirshat diantara aktivitas.
4.
Diskusikan pentingnya pembatasan natrium.
5.
Diskusikan obat, tujuan dan efek samping. Berikan instruksi secara verbal dan
tertulis.
6.
Anjurkan makan diet pada pagi hari.
7.
Anjurkan dan lakukan demonstrasi ulang kemampuan mengambil dan mencatat nadi
harian dan kapan memberi tahu pemberi perawatan.
8.
Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol factor resiko (merokok)
dan factor pencetus atau pemberat( diet tinggi garam, tidak
aktif/terlalu aktif, terpajan pada suatu ekstrem ).
9.
Bahas ulang tanda/gejala yang memerlukan perhatian medik cepat, contoh
peningkatan kelelahan, batuk, hemoptisis, demam.
10. Berikan
kesempatan pasien atau orang terdekat untuk menanyakan, mendiskusikan masalah
dan membuat perubahan pola hidup yang perlu.
11. Tekankan
pentingnya melaporkan tanda/gejala toksisitas digitalis, contoh terjdainya
gangguan GI dan penglihatan, perubahan frekuensi nadi/irama, memburuknya
gagal jantung.
12. Rujuk pada sumber
di masyarakat/kelompok pendukung sesuai indikasi.
|
1.
Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada
program pengobatan.
2.
Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat meningkatkan kerjasama untuk
mengontrol gejala.
3.
Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi melemahkan jantung,
eksaserbasi kegagalan.
4.
Pemasukkan diet natrium diatas 3 gr/hari akan menghasilkan efek diuretic.
5.
Pemahaman kebutuhan terapeutik dan pentingnya upaya pelaporan efek samping
obat dapat mencegah terjadinya komplikasi obat.
6.
Memberikan waktu adekuat untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah
/membatasi menghentikan tidur.
7.
Meningkatkan pemantauan sendiri pada kondisi/efek obat. Deteksi dini
perubahan memungkinkan intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi seperti
toksisitas digitalis.
8.
Menambah pengetahuan dan memungkinkan pasien untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi sehubungan dengan kontrol kondisi dan mencegah
berulang/komplikasi.
9.
Pemantauan sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien dalam pemeliharaan
kesehatan dan alat mencegah komplikasi, contoh edema paru, pneumonia.
10. Kondisi
kronis dan berulang/menguatnya kondisi GJK sering melemahkan kemampuan koping
dan kapasitas dukungan pasien dan orang terdekat, menimbulkan depresi.
11. Pengenalan
dini terjadinya komplikasi dan keterlibatan pemberi perawatan dapat mencegah
toksisitas/perawatan di rumah sakit.
12. Dapat menambahkan
bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan di rumah.
|
5.
IMPLEMENTASI
Implementasi / pelaksanaan pada
klien meningitis dilaksanakan sesuai dengan perencanaan perawatan yang meliputi
tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan keadaan klien.
6.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan
tindakan perawatan dengan melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi,
tahap ini merupakan proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah tercapai
-
Arritmia
Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung berdenyut tidak menentu. Irama jantung mungkin terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia) atau tidak teratur. Pengertian Aritmia Irama jantung normal adalah irama yang berasal dari nodus SA, yang datang secara teratur dengan frekuensi antara 60-100/menit, dan dengan hantaran yang tak mengalai hambatan pada tingkat manapun, maka irama jantung yang lain dapat dikatakan sebagai aritmia.
Berdasarkan
Kamuskesehatan.com, aritmia adalah
gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung berdenyut
tidak menentu. Irama jantung mungkin terlalu cepat (takikardia),
terlalu lambat (bradikardia) atau tidak teratur. Beberapa
aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat
menyebabkan serangan jantung jika tidak segera
diobati.
Ketidakteraturan
denyut jantung ini disebabkan oleh impuls listrik abnormal tambahan yang mungkin
berasal dari ruang atas jantung (atrium),
dikenal sebagai kontraksi atrium prematur
(PACA) atau ruang bawah jantung (ventrikel),
dikenal sebagai kontraksi ventrikel prematur
(PVC).
Aritmia
dapat ditandai dengan beberapa gejala. Penderitanya mungkin menderita
kehilangan kesadaran singkat (pingsan), merasakan sensasi denyut jantung tidak
teratur atau cepat (jantung berdebar), atau merasa seperti
melayang.
Istilah aritmia merujuk pada setiap
gangguan frekuensi, regularitas, tempat asal, atau konduksi impuls listrik
jantung.
Sehingga,
aritmia didefinisikan menjadi:
- irama yang berasal bukan dari nodus SA
- irama yang tidak teratur, sekalipun ia berasal dai nodus SA, misalnya sinus aritmia
- frekuensi kurang dari 60x/menit (sinus bradikardia) atau lebih dari 100x/menit (sinus takikardia)
- terdapatnya hambatan impuls supra atau intraventrikular.
Faktor-faktor
aritmogenik
- Hipoksia: miokardium yang kurang oksigen adalah miokardium yang tidak sehat. Kelainan paru-paru baik kronik berat atau emboli paru-paru akut adalah pencetus utama aritmia jantung
- Iskemia dan iritabilitas: infark miokardium merupakan keadaan yang umumnya menyebabkan aritmia. Miokarditis, yaitu peradangan otot jantung yang sering disebabkan oleh infeksi virus berulang dapat mencetuskan aritmia.
- Stimulasi simpatis: tonus simpatis yang meningkat karena hipertiroidisme, gagal jantung kongestif, gugup, olahraga, dll dapat menyebabkan aritmia.
- Drugs (obat-obatan): banyak obat yang dapat menyebabkan aritmia. Bahkan obat-obatan antiaritmia sendiri seperti kuinidin turut menjadi penyebab aritmia.
- Gangguan elektrolit: hipokalemia ditakuti karena kemampuannya menyebabkan aritmia tetapi ketidakseimbangan kalsium dan magnesium turut bertanggung jawab.
- Bradikardia: frekuensi jantung yang sangan lambat tampaknya cenderung berubah menjadi aritmia.
- Strecth (regangan): pembesaran dan hipertropi atrium dan ventrikel dapat menyebabkan aritmia.
- Kelainan struktur sistem konduksi: penderita yang memiliki fetal despersi di AV node dan fasciculo ventricular connection atau yanmemiliki jalur tambahan seperti pada sindrom wollf-parkinson-White sangat mudah mengalami aritmia melalui mekanisme preeksitasi
- Interval QT yang memanjang: pada penderita penyakit jantung koroner, kelainan struktur jantung atau gangguan elektrolit yang disertai interval QT memanjang akan lebih sering terjadi aritmia dibandingkan dengan individu normal.
Mekanisme
aritmogenik
Mekanisme
aritmogenik dapat dibagi menjadi : ganguan pembentukan impuls dan gangguan
konduksi
1.1
gangguan pembentukan impuls
gangguan
ini dapat dibagi menjadi:
1.1.1 kelainan automatisasi
pada
keadaan normal, automatisasi (depolarisasi spontan) hanya terjadi pada nodus
SA. Hal ini disebabkan karena impuls-impuls yang dicetuskan di nodus SA
sedemikian cepatnya sehingga menekan proses automatisasi di sel lain. Apabila
terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit
di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
1.1.2 trigger automatisasi
dasar
mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan delayed
after-depolarisation yaitu suatu voltase kecil yang timbul sesudah sebuah
potensial aksi, apabila suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis
misalnya pada gagal jantung atau terjadi penghambatan aktivitas
sodium-potassium-ATP-ase misalnya pada penggunaan digitalis, hipokalemia atau
hipomagnesemia atau terjadi reperfusi jaringan miokard yang iskemik misalnya
pada pemberian trombolitik maka keadaan-keadaan tersebut akan mnegubah voltase
kecil ini mencapai nilai ambang potensial sehingga terbentuk sebuah potensial
aksi prematur yang dinamakan “trigger impuls” .Trigger impuls yang pertama
dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang kedua kemudian yang ketiga dan
seterusnya samapai terjadi suatu iramam takikardia.
1.2 gangguan konduksi
1.2.1 re-entry
bilamana
konduksi di dalah satu jalur tergaggu sebagai akibat iskemia atau masa refrakter,
maka gelombang depolarisasi yang berjalan pada jalur tersebut akan berhenti,
sedangkan gelombang pada jalur B tetap berjalan sepetisemual bahkan dapat
berjalan secara retrograd masuk dan terhalang di jalur A. Apabila bebrapa saat
kemudian terjadi penyembuhan pada jalur A atau masa refrakter sudah lewat maka
gelombang depolarisasi dari ajlur B akan menemus rintangan jalur A dan kembali
mengkatifkan jalur B sehingga terbentuk sebuah gerakan sirkuler atau reentri
loop. Gelombang depolarisasi yang berjalan melingkar ini bertindak seagi
generator yang secara terus-menerus mencetuskan impuls.
Reentr
loop ini dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan yang disebut
macroentrant atau microentrant.
1.2.2 concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
impuls-impuls
kecil pada janutng kadang-kadang dapat menghambat dan menganggu konduksi impuls
utama. Keadaan ini disebut concealed conduction. Contoh concealed conduction
ini ialah pada fibrilasi atrium, pada ekstrasistol ventrikel yang dikonduksi
secara retrograd. Biasanya gangguan konduksi jantung ini tidak memiliki arti
klinis yang penting.
1.2.3 Blok
Blok
dapat terjadi di berbagai tempat pada sistem konduksi sehingga dapat dibagi
menjadi blok SA (apabila hambatan konduksi pada perinodal zpne di nodus SA);
blok AV (jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara nodus SA sampai berkas
His); blok cabang berkas (bundle branch block=BBB) yang dapat terjadi di right
bundle branch block atau left bundle branch block.
Istilah yang mungkin terkait dengan Aritmia :
Takikardia
atrium,
juga disebut takikardia supraventrikel,
adalah denyut jantung cepat yang dimulai di ruang
atas jantung.
Gangguan jantung ini terjadi ketika sinyal listrik di ruang atas jantung
mengalir secara abnormal, yang mengganggu sinyal listrik yang datang dari nodus sinoatrial sebagai alat pacu jantung alami. Serangkaian
setrum di awal atrium mempercepat laju jantung. Denyut jantung yang cepat tidak
memungkinkan cukup waktu bagi jantung untuk terisi sebelum berkontraksi
sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terganggu. Takikardia atrium adalah
jenis aritmia yang paling umum pada anak-anak dan lebih
sering terjadi pada wanita, perokok dan peminum.
-
Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung kehilangan
kemampuan untuk memompa cukup darah ke jaringan tubuh.
Sebagai akibatnya, organ utama tubuh dan jaringan lainnya tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi untuk berfungsi dengan baik. Seseorang dengan serangan jantung menderita kumpulan cairan dalam jaringan, disebut edema. Gagal jantung diakibatkan kumpulan cairan disebut gagal jantung kongestif. Diaman edema terjadi dalam tubuh tergantung bagian jantung yang terpengaruh gagal jantung. Untuk sebagian besar orang, gagal jantung adalah penyakit kronis tidak dapat diobati. Namun, ini dapat dikelola dan diobati dengan obat-obatan dan perubahn pola makan, latihan dan kebiasaan gaya hidup. Bedah katup jantung, bedah pintas arteri koroner, alat bantu mekanik dan transplantasi jantung dipertimbangkan pada beberapa kasus |
||||||||||||||||||
![]() PenyebabPenyebab umum gagal jantung adalah :• Penyakit jantung koroner dan serangan jantung (yang mungkin “diam”) • Kardiomiopati (penyakit otot jantung) • Tekanan darah tinggi (hipertensi) • Penyakit katup jantung • Penyakit jantung bawaan • Alkoholisme dan penggunaan obat Pada penyakit jantung koroner, arteri pemasok darah ke jantung menyempit atau tersumbat. Seseorang mengalami serangan jantung ketika aliran darah ke daerah jantung tersumbat seluruhnya. Otot jantung menderita kerusakan ketika asupan darah berkurang atau tersumbat. Jika kerusakan mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah, gagal jantung terjadi. Beberapa serangan jantung terjadi tanpa disadari. Kardiomiopati mungkin disebabkan oleh penyakit arteri jantung dan berbagai masalah jantung lainnya. Kadang kala, penyebabnya tidak ditemukan, hal ini dikenal dengan kardiomiopati idiopatik. Kardiomiopati dapat melemahkan otot jantung, menyebabkan gagal jantung. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab umum gagal jantung lainnya. Tekanan darah tinggi membuat jantung bekerja berat untuk memompa darh. Beberapa saat kemudian, jantung tidak dapat menyesuaikan dan gejala gagal jantung timbul. Kerusakan katup jantung, penyakit jantung keturunan, alkoholisme, dan penggunaan obat sembarangan menyebabkan kerusakan jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung. |
||||||||||||||||||
Gejala• Seseorang dengan gagal jantung mungkin mengalami sebagai berikut :• Napas pendek • Sering batuk, khususnya bila berbaring • Telapak kaki, lutut, dan kaki bengkak • Bengkak dan nyeri perut • Lelah • Pusing atau pingsan • Meninggal mendadak Seseorang dengan gagal jantung mungkin mengalami sesak napas dan batuk disebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Edema paru-paru mungkin menyebabkan seseorang batuk dengan dahak berbusa yang mengandung darah. Gejala lain gagal jantung termasuk pembentukan cairan divena dan jaringan tubuh menyebabkan telapak kaki, kaki dan perut bengkak. Ketika jaringan tubuh, seperti organ dan otot, tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi, mereka tidak berfungsi baik, menyebabkan lelah dan pusing. |
||||||||||||||||||
DiagnosaDiagnosis gagal jantung didasarkan pada:• Gejala • Sejarah medis • Pemeriksaan fisik • Radiografis jantung • Elektrokardiogram (EKG) • Tes gambar lainnya • Kateterisasi jantung Gejala dapat memberikan petunjuk penting adanya gagal jantung. Napas pendek saat melakukan aktivitas dan episode sesak napas semasa tidur adalah gejala klasik gagal jantung. Selama pemeriksaan fisik, dokter mendengarkan jantung dan paru-paru dengan stetoskop untuk memberitahu tanda gagal jantung seperti suara jantung tidak teratur, “gallop”, detak jantung tinggi, dan murmur katup jantung. Jika ada cairan di paru-paru, suara keritik mungkin terdengar. Napas cepat atau perubahan lainnya dalam pernapasan mungkin juga ada. Pasien dengan gagal jantung juga mungkin bernadi cepat. Dengan menekan perut, dokter dapat merasakan jika liver membesar. Kulit jari tangan dan kaki mungkin berwarna kebiruan dan terasa dingin jika tidak cukup oksigen mencapainya. Radiografis dada menunjukkan jika ada cairan di paru-paru atau jika jantung membengkak. Ketidaknormalan katup jantung dan struktur lainnya juga tampak pada radiografis dada. Elektrokardiogram memberikan informasi irama jantung dan ukuran jantung dan menunjukkan jika ruang jantung membengkak atau jika ada kerusakan otot jantung dari penyumbatan arteri. Ekokardiografi dapat menunjukkan jika dinding jantung atau ruangnya membesar dan jika ada ketidaknormalan katup jantung. Ekokardiogram dapat digunakan untuk mencari berapa banyak darah yang dipompa jantung. Radionuklida ventrikulografi juga mengukur fraksi ejeksi menghasilkan gambar dengan injeksi substansi radioaktif dosis sangat rendah ketika bergerak ke melalui jantung. Kateterisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan jantung dan jumlah darah dipompa di jantung. Tes ini dapat membantu menemukan ketidaknormalan arteri jantung, katup jantung, otot jantung, dan pembuluh darah lainnya. Kombinasi dengan ekokardiografi dan tes lainnya, kateterisasi jantung dapat membantu menemukan penyebab gagal jantung. Namun, ini tidak selalu perlu. |
||||||||||||||||||
PengobatanGagal jantung biasanya diobati dengan perubahan gaya hidup dan minum obat-obatan. Perubahan pola makan untuk menjaga berat ideal dan menurunkan asupan garam mungkin diperlukan. Menurunkan asupan garam membantu mengurangi kaki bengkak. Latihan yang sesuai seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau latihan aerobik low impact bisa direkomendasikan, tetapi penting bahwa pasien gagal jantung mulai program latihan sesuai anjuran dokter. National Heart Centre Singapore memiliki program rehabilitasi dan pencegahan kardiologi yang baik untuk pasien dengan beberapa faktor resiko untuk penyakit jantung atau baru menjalani operasi jantung terbuka.Perubahan gaya hidup lain yang mengurangi gejala gagal jantung termasuk berhenti merokok atau penggunaan tembakau lainnya, menghilangkan atau mengurangi konsumsi alkohol dan menggunakan obat-obatan berbahaya. Satu atau lebih jenis obat-obatan di bawah ini diberikan untuk gagal jantung: • diuretik • digoxin • vasodilator • beta bloker • inhibitor enzim pengubah angiotensin (inhibitor ACE) • angiotensin reseptor bloker (ARB) • penyakat-kanal-kalsium Diuretik menghilangkan kelebihan garam dan air melalui ginjal dengan membuat pasien lebih sering buang air kecil. Ini membantu mengurangi bengkak karena pembentukan cairan di jaringan. Digoxin membantu otot jantung menguatkan aksi pompa. Vasodilator, inhibitor ACE, ARB dan penyakat-kanal-kalsium menurunkan tekanan darah dan memperbesar pembuluh darah membuat jantung lebih mudah memompa darah melalui pembuluh darah. Kadang, operasi diperlukan untuk memperbaiki ketidaknormalan jantung atau katup jantung yang menyebabkan gagal jantung. Kerusakan jantung bawaan dan katup jantung tidak normal dapat diperbaiki dengan operasi. Penyumbatan arteri jantung dapat diobati dengan angioplasty atau operasi bypass arteri jantung. Pada gagal jantung parah, otot jantung mungkin rusak dan pengobatan yang tersedia tidak membantu. Pasien dengan gagal jantung tahap akhir biasanya mempertimbangkan transplantasi jantung ketika pengobatan lainnya tidak berhasil. |
||||||||||||||||||
-
Fibrilasi Atrial
Atrial Fibrilasi atau fibrilasi
atrium. Atrial Fibrilasi merupakan aritmia yang paling umum. aritmia adalah
sebuah masalah dengan kecepatan atau irama denyut jantung. Sebuah gangguan pada
sistem listrik jantung menyebabkan AF dan jenis lain aritmia. Atrial
Fibrilasi terjadi ketika cepat, sinyal-sinyal listrik tidak terorganisir dalam
dua jantung bilik yang di atas, disebut atrium, menyebabkan mereka kontrak
sangat cepat dan tidak teratur (ini
disebut fibrilasi).
Akibatnya, darah kolam di atrium dan tidak dipompa sepenuhnya
menjadi dua bilik jantung lebih rendah, yang disebut ventrikel. Ketika ini
terjadi, ruang jantung atas dan bawah tidak bekerja sama sebagaimana mestinya.
Etiologi / Penyebab Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi (AF) terjadi ketika sinyal-sinyal listrik
bepergian melalui jantung dilakukan normal dan menjadi tidak teratur dan sangat
cepat.
Ini adalah akibat dari kerusakan sistem kelistrikan jantung.
Kerusakan ini paling sering hasil dari kondisi lain, seperti penyakit arteri
koroner atau tekanan darah tinggi, yang mempengaruhi kesehatan jantung.
Kadang-kadang, penyebab AF tidak diketahui.
Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel
berkontraksi lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki
cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya dengan darah untuk memompa ke paru-paru
dan tubuh.
Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala Atrial Fibrilasi
* Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak
jantung yang cepat atau "berdebar" dalam dada)
* Sesak napas
* Kelemahan atau kesulitan berolahraga
* Nyeri dada
* Pusing atau pingsan
* Kelelahan (kelelahan)
* Kebingungan
Patofisiologi / Patogenesis Atrial Fibrilasi
Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena
pulmonalis timbulnya gelombang yang menetap dariàMultiple wavelet reentry depolarisasi
atrial atau wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas
aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat. Mekanisme fibrilasi atrium
identik dengan mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata
hanya di massa otot atrium dan bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang
sering menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup
jantung yang mencegah atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam
ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan pembendungan darah yang
banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi akan menyediakan
kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang demikian juga
konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi
atrium.
Karakteristik Pemompaan Atrium Selama Fibrilasi Atrium.
Atrium tidak akan memompa darah selama Atrial Fibrilasi
berlangsung. Oleh karena itu atrium tidak berguna sebagai pompa primer bagi
ventrikel. Walaupun demikian, darah akan mengalir secara pasif melalui atrium
ke dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak
20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang mematikan dari
fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi
dari seluruh daya pompa jantung. 2
Patofisiologi Pembentukan Trombus pada Atrial Fibrilasi.
Pada Atrial Fibrilasi aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak
teratur, terjadi penurunan atrial flow velocities yang menyebabkan statis pada
atrium kiri dan memudahkan terbentuknya trombus. Pada pemeriksaan TEE, trombus
pada atrium kiri lebih banyak dijumpai pada pasien Atrial Fibrilasi dengan stroke
emboli dibandingkan dengan Atrial Fibrilasi tanpa stroke emboli. 2/3 sampai ¾
stroke iskemik yang terjadi pada pasien dengan Atrial Fibrilasi non valvular
karena stroke emboli. Beberapa penelitian menghubungkan Atrial Fibrilasi dengan
gangguan hemostasis dan thrombosis. Kelainan tersebut mungkin akibat dari
statis atrial tetapi mungkin juga sebgai kofaktor terjadinya tromboemboli pada
Atrial Fibrilasi. Kelainan-kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von
Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen, D-dimer, dan fragmen protrombin 1,2.
Sohaya melaporkan Atrial Fibrilasi akan meningkatkan agregasi trombosit,
koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya Atrial Fibrilasi.
Komplikasi Atrial Fibrilasi
Atrial Fibrilasi memiliki dua komplikasi utama - stroke dan gagal
jantung.
Pemeriksaan Penunjang Atrial Fibrilasi
• Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatanØ dengan
regularitasnya, tekanan darah
Tekanan vena jugularisØ
Ø Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung
kongestif
Ø Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukan kemungkinan
terdapat gagal jantung kongestif, terdapat bising pada auskultasi kemungkinan
adanya penyakit katup jantung
Hepatomegali : kemungkinan terdapatØ gagal jantung kanan
Edema perifer : kemungkinan terdapat gagalØ jantung
kongestif
• Laboratorium : hematokrit ( anemia ), TSH ( penyakit gondok ),
enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia jantung.
• Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama (
verifikasi AF ), hipertrofi ventrikel kiri. Pre-eksitasi ventrikel kiri,
sindroma pre-eksitasi ( sindroma WPW ), identifikasi adanya iskemia.
• Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK,
kor pulmonal.
• Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup,
ukuran dari atrium dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel
kiri, obstruksi outflow dan TEE ( Trans Esophago Echocardiography ) untuk
melihat trombus di atrium kiri.
• Pemeriksaan Fungsi Tiroid. Tirotoksikosis. Pada AF episode
pertama bila laju irama ventrikel sulit dikontrol.
• Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi
dari kontrol laju irama jantung.
• Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring
studi elektrofisiolagi.
Penatalaksanaan / Penanganan / Pengobatan / Terapi Atrial
Fibrilasi
Tujuan yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan Atrial Fibrilasi
adalah mengembalikan ke irama sinus, mengontrol laju irama ventrikel dan
pencegahan komplikasi tromboemboli. Dalam penatalaksanaan Atrial Fibrilasi
perlu diperhatikan apakah pada pasien tersebut dapat dilakukan konversi ke
irama sinus atau cukup dengan pengontrolan laju irama ventrikel. Pada pasien
yang masih dapat dikembalikan ke irama sinus perlu segera dilakukan konversi,
sedangkan pada Atrial Fibrilasi permanen sedikit sekali kemungkinan atau tidak
mungkin dikembalikan ke irama sinus, alternatif pengobatan dengan menurunkan
laju irama ventrikel harus dipertimbangkan.
Prognosis Atrial Fibrilasi
Penelitian epidemiologi telah menunjukan bahwa pasien dengan
irama sinus hidup lebih lama dibandingkan dengan seseorang kelainan atrium.
Penelitian juga menunjukkan penggunaan antikoagulan dan pengontrolan secara
rutin bertuuan untuk asimtomatik pada pasien usia lanjut. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa terapi medis yang ditujukan untuk mengendalikan irama
jantung tidak menghasilkan keuntungan keberhasilan dibandingkan dengan terapi
kontrol rate dan antikoagulan.
Terapi Atrial Fibrilasi secara keseluruhan memberikan prognosis
yang lebih baik pada kejadian tromboemboli terutama stroke. Atrial Fibrilasi
dapat mencetuskan takikardi cardiomiopati bila tidak terkontrol dengan baik.
Terbentuknya Atrial Fibrilasi dapat menyebabkan gagal jantung pada individu
yang bergantung pada komponen atrium dari cardiac output dimana pasien dengan
penyakit jantung hipertensi dan pada pasien dengan penyakit katup jantung
termasuk dalam resiko tingi akan terjadinya gagal jantung saat terjadi Atrial
Fibrilasi.
Fibrilasi
atrium
(atrial fibrillation) adalah kondisi di
mana ruang atas jantung (atrium) berdenyut terlalu cepat dan
kacau. Karena darah tidak sepenuhnya dipompa ke ventrikel,
ruang jantung atas dan bawah tidak bekerja sama dengan baik, mengakibatkan
detak jantung secara keseluruhan menjadi tidak teratur. Fibrilasi atrium juga
dikenal sebagai aritmia supraventrikel karena merupakan aritmia
yang berasal dari atas ventrikel. Fibrilasi atrium dapat tanpa gejala. Bila
ada, penderita mungkin mengalami palpitasi,
nyeri dada, pusing atau pingsan. Fibrilasi atrium dapat tetap tidak terdeteksi
untuk waktu yang lama. Jika tidak diobati,
komplikasi bisa berupa stroke dan serangan jantung.
Fibrilasi
ventrikel
(ventricular fibrillation) adalah
kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang bawah jantung
(ventrikel). Fibrilasi ventrikel adalah jenis terburuk dari gangguan irama
jantung dan merupakan bentuk serangan jantung. Kekacauan denyut jantung yang parah ini biasanya berakhir dengan kematian dalam hitungan
menit, kecuali segera dirawat, misalnya dengan implantable cardiac
defibrilator (ICD) dan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
-
Myocardium
/ Inflamasi jantung
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas
jaringan otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges, 1999).
Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi.
-
B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7) Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland, 2002).
C. PATOFISIOLOGI
1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7) Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland, 2002).
C. PATOFISIOLOGI

Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada 2 tahap :
Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI, 1999).
-
D. GEJALA KLINIS
Letih.˜
Napas pendek.˜
Detak jantung tidak teratur.˜
Demam.˜
Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).˜
Menggigil.˜
Demam.˜
Anoreksia.˜
Nyeri dada.˜
Dispnea dan disritmia.˜
Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial) (DEPKES, 1993).˜
E. KOMPLIKASI
1) Kardiomiopati kongestif/dilated.
2) Payah jantung kongestif.
3) Efusi perikardial.
4) AV block total.
5) Trombi Kardiac (FKUI, 1999).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2) Elektrokardiografi.
3) Rontgen thorax.
4) Ekokardiografi.
5) Biopsi endomiokardial (FKUI, 1999).
G. PENATALAKSANAAN
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.
6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan (Griffith, 1994).
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas / istirahatÓ
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
SirkulasiÓ
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
EleminasiÓ
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Nyeri/ketidaknyamananÓ
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
PernapasanÓ
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
KeamananÓ
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam.
Penyuluhan / PembelajaranÓ
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
˜ Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
˜ Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.˜
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).˜
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.˜
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
˜ Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.˜
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.˜
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.˜
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
˜ Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.˜
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi dan Implementasi :
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.˜
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.˜
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.˜
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.˜
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
Intervensi dan Implementasi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.˜
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
˜ Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
Anjurkan˜ pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.˜
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
D. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Letih.˜
Napas pendek.˜
Detak jantung tidak teratur.˜
Demam.˜
Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).˜
Menggigil.˜
Demam.˜
Anoreksia.˜
Nyeri dada.˜
Dispnea dan disritmia.˜
Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial) (DEPKES, 1993).˜
E. KOMPLIKASI
1) Kardiomiopati kongestif/dilated.
2) Payah jantung kongestif.
3) Efusi perikardial.
4) AV block total.
5) Trombi Kardiac (FKUI, 1999).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2) Elektrokardiografi.
3) Rontgen thorax.
4) Ekokardiografi.
5) Biopsi endomiokardial (FKUI, 1999).
G. PENATALAKSANAAN
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.
6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan (Griffith, 1994).
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas / istirahatÓ
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
SirkulasiÓ
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
EleminasiÓ
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Nyeri/ketidaknyamananÓ
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
PernapasanÓ
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
KeamananÓ
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam.
Penyuluhan / PembelajaranÓ
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
˜ Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
˜ Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.˜
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).˜
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.˜
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
˜ Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.˜
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.˜
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.˜
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
˜ Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.˜
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi dan Implementasi :
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.˜
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.˜
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.˜
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.˜
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
Intervensi dan Implementasi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.˜
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
˜ Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
Anjurkan˜ pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.˜
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
D. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
-
Rematik
Jantung
Rematik
jantung adalah salah satu dari berbagai macam penyakit jantung yang ada.
Penyakit rematik jantung (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease
(RHD) ini adalah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup
jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) yang disebabkan oleh demam rematik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang
dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa
menyebabkan demam rematik, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul
subkutan dan Eritema marginatum.
Pada beberapa
pasien yang mengalami demam rematik akut bisa terjadi kelainan katup jantung
lainnya yang bisa berakibat pada gangguan katup jantung, gagal jantung (CHF),
radang selaput jantung (perikarditis). Di Amerika Serikat
bahkan penyakit rematik jantungini masih merupakan penyebab dari penyakit
jantung yang disebut dengan mitral
stenosis (MS) dan juga penggantian katup jantung pada
pasien dewasa di sana.Penyebab rematik jantun g ini diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan yang berulang. Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun disaluran nafas, demam rematik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya penyakit rematik jantung/ Rheumatic Heart Desease terdapat pada diri individu itu sendiri dan juga faktor lingkungan.
1. Faktor genetik. Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Umur. Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik / penyakit reumatik jantung. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
3. Keadaan gizi dan lain-lain. Keadaan gizi serta pola hidup dan juga adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
4. Golongan etnik dan ras. Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
5. Jenis kelamin. Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
6. Reaksi autoimun. Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
-
Kelainan Katup Jantung
Jantung memiliki empat ruangan,
2 ruangan kecil di atas (atrium) dan 2ruangan besar di bawah (ventrikel). Setiap ventrikel
memiliki satu katup masuk searah dan
satu katup keluar searah. Katup jantung bekerja mengatur aliran darahmelalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara
membuka dan menutuppada saat yang tepat
ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung.Katup trikuspidalis membuka dari atrium kanan ke dalam
ventrikel kanan,dan katup pulmonalis
membuka dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmonalis.Katup mitral membuka dari atrium kiri ke dalam
ventrikel kiri, dan katup aortamembuka
dari ventrikel kiri ke dalam aorta.Katub
artrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri ataskatup trikuspidalis yag membagi atrium kanan dan
ventrikel kanan, serta katupmitral atau
bikuspidalis yang membagi atrium kiri dan ventrikel kiri.Katup semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri
yang bersangkutan.Katup pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan
arteri pulmonal, sedang katupaorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta.Bila
salah satu katup tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akanmempengaruhi aliran darah, bila katup tidak dapat
membuka secara sempurna(biasanya karena
stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akanberkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara
sempurna darah akanmengalami kebocoran
sebagai proses yang disebut regurgitasi atau infusiensi.
+
Jenis kelainan katup jantung
Adapun beberapa jenis kelainan
katup jantung:
-
Syndrome Prolaps Katup Mitral
-
Regurgitasi Mitralis
-
Stenosis Mitral
-
Stenosis Katup Aorta
-
Regurgitasi Aorta
-
Penyakit Trikuspidalis
-
Penyakit Pulmonalis
+ Sindrom prolaps katup mitral
Definisi :
Prolaps katup mitral (PKM) adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh
berbaliknya satu atau lebih apparatus katup mitral, daun katup, kordatendinea,
muskulus papilaris, dan anulus katup dengan atau tanpa regurgitasimitral (RM).
Nama lain dari Prolaps Katup Mitral adalah sindrom murmur klik sistolik,
sindrom Barlow, katup mitral miksomatosa, billowing mitral cuspsyndrome, dan
redundant cusp syndrome.-
PatofisiologiSindrom prolaps katup
mitral adalah disfungsi bilah-bilah katup mitralyang tidak menutup dengan
sempurna dan mengakibatkan regurgitasi katup,sehingga darah merembes dari
ventrikel kiri ke atrium kiri. Sindrom ini kadangtidak menimbulkan gejala atau
juga dapat berkembang cepat dan menyebabkankematian mendadak. Pada tahun-tahun
belakangan sindrom ini semakin banyak dijumpai, mungkin karena metode
diagnostic yang semakin maju.
+
Regurgitasi Mitralis
Definisi : Regurgitasi Katup Mitral
( Inkompetensia Mitral , Insufisiensi Mitral),(Mitral Regurgitation)
adalah kebocoran aliran balik melalui
katup mitral setiapkali ventrikel
kiri berkontraksi. Pada saat
ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju ke
aorta, sebagian darah mengalir
kembali ke dalam
atrium kiridan menyebabkan
meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Terjadipeningkatan tekanan
darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru, yangmengakibatkan
penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru.
-PatofisiologiInfusiensi mitral
terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat menutupselama systole.
Chordae tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat
menutup dengan sempurna, akibatnya
terjadilah regurgitasi atau aliran balik dariventrikel kiri ke atrium
kiri.Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup
mitralmengakibatkan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri
dengankuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri
akanmendorong sebagian darah kembali ke atrium kiri. Aliran balik darah ini
ditambahdengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan atrium kiri
mengalamipelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan
menyebabkandarah yang mengalir dari paru ke atrium kiri menjadi berkurang.
Akibatnya parumengalami kongesti, yang pada
gilirannya menambah beban ke ventrikel kanan.Maka meskipun kebocoran
mitral hanya kecil, namun selalu berakibat terhadapkedua paru dan ventrikel
kanan.
+
Stenosis Mitral
Definisi : Stenosis katup mitral
merupakan penyempitan pada lubang katup mitralyang akan menyebabkan
meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri keventrikel kiri. Kelainan
struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaansehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri saat diastole.-
PatofisiologiStenosis mitral adalah
penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilahkatup mitral, yang menyebabkan penyempitan
lumen dan sumbatan progresif aliran darah.Secara normal pembukaan katup
mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasusstenosis berat terjadi penyempitan
lumen sampai selebar pensil. Ventrikel tidak terpengaruh , namun atrium
kiri mengalami kesulitan dalam mengosongkan darahmelalui lumen yag sempit ke
ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar danmengalami hipertrofi. Karena
tidak ada katup yang melindungi vena pulmonalterhadap aliran balik dari atrium
maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti.Akibatnya ventrikel kanan harus
menanggung beban tekanan arteri pulmonal yangtinggi dan mengalami peregangan
berlebihan, yang berakhir dengan gagal jantung.
+
Stenosis Katup Aorta
Definisi : Stenosis katup Aorta
adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yangmenyebabkan meningkatnya
tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri keaorta.-
Patofisiologi Bilah-bilah katup
aorta saling menempel dan menutup sebagian lumendiantara jantung dan aorta.
Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih
lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal,mendorong darah melalui
lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai gagal dan
muncullah tanda-tanda klinis.Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan
beban tekanan keventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot
jantung menebalsebagai respon terhadap besarnya obstruksi, terjadilah gagal
jantung bilaobstruksinya terlalu berat.
+
Regurgitasi Aorta
Definisi : Regugitasi Katup Aorta
(Inkompetensia Aorta, Insufisiensi Aorta) adalahkebocoran pada katup aorta yang
terjadi setiap kali ventrikel mengalami relaksasi.-
PatofisiologiInsufisiensi aorta di
sebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta,
sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aortadengan rapat selama
diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dariaorta ke ventrikel
kiri. Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebgaiandarah dalam
aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikelkiri,
sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah
yangsecara normal diterima atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel
maupundarah yang kembali ke aorta. System kardiovaskuler berusaha
mengkompensasimelalui refleks dilatasi pembuluh darah: arteri perifer melemas,
sehingga tahananperifer turun dan tekanan diastolic turun drastic.
+
Penyakit Trikuspidalis
Stenosis katup Trikuspidalis akan
menghambat aliran darah dari atrium kananke ventrikel kanan selama diastolik.
Kerusakan ini biasanya menyertai penyakitpada katup mitrlis dan aorta sekunder
dari penyakit rematik jantung yang berat.Stenosis trikuspidalis meningkatkan
beban kerja atrium kanan, memaksapembentukan tekanan yang lebih besar untuk
mempertahankan aliran melaluikatup yang tersumbat. Kemampuan kompensasi atrium
kanan terbatas, karena ituatrium mengalami dilatasi secara cepat. Peningkatan
volume dan tekanan atriumkanan
mengakibatkan penimbunan darah pada vena sistemik dan peningkatantekanan.Regurgitasi
Trikuspidalis yang murni biasanya disebabkan gagal jantungkiri yang sudah
lanjut atau hipertensi pulmonalis yang berat, sehingga terjadikemunduran fungsi
ventrikel kanan. Sewaktu ventrikel kanan gagal danmembesar, terjadilah
regurgitasi fungsional dari katup trikuspidalis.
+
Penyakit Katup Pulmonalis.
Insidens penyakit katup pulmonalis
sangat rendah. Stenosis pulmonalisbiasanya kongenital dan bukan merupakan
akibat penyakit rematik jantung.Stenosis katup pulmonalis meningkatkan beban
kerja ventrikel kanan,mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan. Gejala-gejala
baru timbul bila terjadigagal ventrikel kanan, menimbulkan pelebaran vena
sistemik dan segala sekueleklinisnya.Regurgitasi fungsional pulmonalis dapat
terjadi sebagai sekuele disfungsikatup sebelah kiri dengan hipertensi
pulmonalis kronik dan dilatasi orifisiumkatup pulmonalis. Tetapi lesi ini
jarang terjadi.
F)
Cara Memiliki Jantung yang Sehat
Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2004) menunjukkan tiga faktor risiko utama
yang saling terkait sebagai penyebab penyakit tidak menular seperti jantung dan
stroke yaitu kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik serta makan
tidak seimbang terus meningkat. Ironisnya, kebanyakan wanita justru lebih
mengkhawatirkan bahaya penyakit jantung suami atau pasangannya daripada dirinya
sendiri. Padahal, menjaga kesehatan jantung sangat mudah dilakukan. Perubahan
gaya hidup sekecil apapun dapat meningkatkan kualitas hidup Anda dan mengurangi
risiko serangan jantung hingga 50 persen.
Berikut ini hal-hal yang bisa Anda
lakukan :
Berjemur
Sinar matahari mengandung vitamin D
yang dapat meminimalisasi pembentukan plak di pembuluh darah. Penelitian di
Universitas California menunjukkan, wanita dengan tingkat vitamin D tinggi
memiliki risiko terkena penyakit jantung 31 persen lebih rendah. Berjemurlah
pada pagi hari sebelum pukul 10.00 selama 20-30 menit.
Konsumsi cokelat
Konsumsi cokelat
Makanan yang satu ini seringkali dihindari karena dianggap dapat mengakibatkan kegemukan. Tapi jangan salah, manfaatnya juga banyak. Anda hanya perlu jeli memilihnya. Dark chocolate mengandung flavonoid dan magnesium yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat. Selain itu, ada pula kandungan asam stearat yaitu salah satu lemak yang ramah untuk jantung serta antioksidan yang dapat menghalangi radikal bebas merusak dinding arteri. Pastikan cokelat yang Anda konsumsi mengandung 70 persen cocoa untuk mendapatkan manfaatnya.
Olahraga
Jantung adalah otot yang perlu dilatih secara teratur agar tetap dalam kondisi prima.
Latihan olah raga seperti jalan cepat, renang, joging atau bersepeda dapat memberikan latihan terbaik buat jantung anda. Penelitian New England Journal of Medicine mengatakan dengan melakukan jalan ringan selama 2,5 jam seminggu, Anda dapat memotong sepertiga risiko serangan jantung dan stroke. Aktivitas itu juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik dalam darah. Konsultasikan dengan dokter sebelum anda memulai melakukan olah raga. Anda juga dapat mengikuti sistem pengobatan tradisional Cina. Menurut pengobatan ini, olah raga kardio bukanlah satu-satunya cara meningkatkan kesehatan jantung. Gerakan lambat juga dapat menimbulkan efek yang sama. Saat tubuh Anda membentuk sebuah posisi dan merasa santai, Anda merangsang jaringan penghubung yang dilewati energi sehingga organ dapat berfungsi secara maksimal.
Konsumsi makanan laut
Makanan yang berasal dari laut dapat 'melumasi' jantung Anda karena mengandung asam lemak omega 3 yang dapat menurunkan risiko aritmia jantung, kadar kolesterol jahat, tekanan darah tinggi dan penggumpalan darah.
Berhenti merokok
Rokok mengandung lebih dari 600 zat kimia yang dapat merusak sel di dalam arteri. Hal tersebut dapat memicu peradangan yang dapat menyebabkan meningkatnya kolesterol dalam jantung. Berita baiknya, setahun setelah Anda berhenti merokok, resiko terkena penyakit jantung menurun hingga 50 persen.
Tertawalah!
Dengan tertawa, Anda menurunkan hormon stres yang diketahui dapat merusak lapisan pelindung pembuluh darah. Saat Anda sedang stres, jantung menerima adrenalin dalam dosis lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknormalan irama jantung dan bertambah lengketnya trombosit yang pada akhirnya mengakibatkan sempitnya arteri. Hormon yang dilepaskan saat seseorang depresi juga dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Karena itu, penderita depresi harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin.
Jangan lupakan gigi
Menurut sebuah studi yang dilakukan Sidney Dental Hospital tahun 2006, bakteri
dapat memasuki pembuluh darah dari gusi yang tidak sehat. Hal ini dapat menyebabkan peradangan yang merusak lapisan arteri. Sikat gigi Anda setidaknya dua kali sehari dan kunjungi dokter gigi Anda secara teratur.
Tidur cukup
Orang-orang yang tidur kurang dari lima jam semalam cenderung mengalami penumpukan mineral kalsium dalam pembuluh darah jantung yang suatu saat dapat pecah dan menimbulkan serangan jantung dan stroke. Hasil penelitian The Journal of the American Medical Association pada 495 orang dewasa menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengalami pengapuran arteri dapat diturunkan 1 dari 10 orang dengan menambah
jam tidur ekstra. Waktu tidur ideal adalah 6-7 jam sehari.
Jangan pendam rasa sakit hati
Sebuah penelitian gabungan dari San Diego State University dan University of Pittsburgh membuktikan bahwa kehidupan pernikahan yang sangat memuaskan dapat mengurangi faktor-faktor serangan penyakit jantung. Penelitian yang dilakukan pada 493 wanita berusia antara 42-50 tahun ini mengamati waktu berkumpul bersama, komunikasi, kehidupan seksual, hobi, karakter dan lain-lain. Hal serupa juga disebutkan dalam buku Heartbreak & Heart Disease yang ditulis oleh dr. Stephen T. Sinatra. Di buku tersebut dikatakan tekanan batin yang diakibatkan oleh emosi yang ditahan mulai dari patah hati, terlalu sedih, sampai dengan rasa bermusuhan dan amarah, dapat mengakibatkan tersumbatnya aorta jantung Anda yang efeknya mirip dengan oksidasi kolesterol, keracunan logam, insulin, radiasi dan darah yang mengental dan lengket.
Menurut sebuah studi yang dilakukan Sidney Dental Hospital tahun 2006, bakteri
dapat memasuki pembuluh darah dari gusi yang tidak sehat. Hal ini dapat menyebabkan peradangan yang merusak lapisan arteri. Sikat gigi Anda setidaknya dua kali sehari dan kunjungi dokter gigi Anda secara teratur.
Tidur cukup
Orang-orang yang tidur kurang dari lima jam semalam cenderung mengalami penumpukan mineral kalsium dalam pembuluh darah jantung yang suatu saat dapat pecah dan menimbulkan serangan jantung dan stroke. Hasil penelitian The Journal of the American Medical Association pada 495 orang dewasa menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengalami pengapuran arteri dapat diturunkan 1 dari 10 orang dengan menambah
jam tidur ekstra. Waktu tidur ideal adalah 6-7 jam sehari.
Jangan pendam rasa sakit hati
Sebuah penelitian gabungan dari San Diego State University dan University of Pittsburgh membuktikan bahwa kehidupan pernikahan yang sangat memuaskan dapat mengurangi faktor-faktor serangan penyakit jantung. Penelitian yang dilakukan pada 493 wanita berusia antara 42-50 tahun ini mengamati waktu berkumpul bersama, komunikasi, kehidupan seksual, hobi, karakter dan lain-lain. Hal serupa juga disebutkan dalam buku Heartbreak & Heart Disease yang ditulis oleh dr. Stephen T. Sinatra. Di buku tersebut dikatakan tekanan batin yang diakibatkan oleh emosi yang ditahan mulai dari patah hati, terlalu sedih, sampai dengan rasa bermusuhan dan amarah, dapat mengakibatkan tersumbatnya aorta jantung Anda yang efeknya mirip dengan oksidasi kolesterol, keracunan logam, insulin, radiasi dan darah yang mengental dan lengket.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar